Jurnalis Berstatus PDP Corona Berbagi Cerita saat Periksa ke RS Pemerintah

Reza Gunadha Suara.Com
Kamis, 19 Maret 2020 | 07:00 WIB
Jurnalis Berstatus PDP Corona Berbagi Cerita saat Periksa ke RS Pemerintah
Ilustrasi. (ANTARA/Nur Aprilliana Br Sitorus)

Setelah itu, saya menuju meja pendaftaran Poli Paru. Di sana, saya mengerjakan sejumlah surat persetujuan, di antaranya: surat penyataan bahwa saya setuju akan di-swab; dan, surat persetujuan spesimen tes swab saya akan dijadikan bahan penelitian.

Kemudian, ada pula surat meminta persetujuan saya agar semua data bisa dicatat dalam lembar form pasien dalam pengawasan alias PDP. Tentu saja semuanya saya setujui.

Namun, suster itu menyatakan tes swab belum bisa dilakukan hari itu. Sebab stok alat yang digunakan untuk cek virus, sudah habis.

"Silakan tuliskan nomor HP bapak, nanti kami akan menelepon kalau dinas  sudah mengirimkan lagi alatnya. Mungkin besok atau dua hari lagi, di sini sih bapak antrean nomor 7, tapi besok siapa duluan datang, dia yang akan duluan dicek," kata suster itu.

Saya sempat bertanya dalam hati, dalam pemberitaan, para menteri bahkan presiden dan wapres bisa langsung cek swab dan langsung diketahui hasilnya beberapa hari kemudian.

Kenapa di sini pasien harus menunggu karena stok alatnya habis? Ah saya lupa, saya cuma rakyat.

Karena berstatus PDP, saya disarankan untuk mengisolasi diri di rumah, menjaga jarak dengan keluarga di rumah selama 14 hari, dan tetap menjaga imunitas tubuh.

"Oke. saya sekarang PDP," ucap saya ketika itu.

***

Baca Juga: Pasien Positif Corona di Banten Bertambah 4, Total Jadi 12 Orang

Setelah dari sana, saya menuju ruang radiologi dan ruang laboratorium di lantai 1 untuk rontgen dan cek darah. Dua cek medis ini berjalan cepat, namun hasilnya perlu menunggu sekitar 2 jam.

Mengingat itu sudah pukul 19.00 WIB, saya memutuskan untuk pulang saja, hasilnya diambil besok sekalian tes swab. Lagipula, kakak dan teman saya sudah selesai pemeriksaan MCU sejak pukul 14.00 WIB.

Sebenarnya, rumah sakit ini menurut saya sudah benar menjalani prosedur, walau saya sebagai PDP tidak merasa terlalu diawasi (hanya diambil data saja).

Kuncinya saat akan menjalani tes COVID-19 adalah kesabaran yang sangat ekstra.

Jumlah dokter sedikit, membuat antrean sangat banyak, sehingga pasien menunggu terlalu lama di rumah sakit. Artinya, kerumuman antrean di RS itu bisa saja menjadi medium penyebaran virus.

Perihal tes swab, sampai Rabu 18 Maret pukul 13.00 WIB, saat saya menulis catatan ini, pihak rumah sakit itu belum menghubungi via telepon.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI