***
Hari masih pagi, Minggu 15 Maret, ketika dahak dalam tenggorokan saya mulai mudah dikeluarkan. Saya pikir, obat influenza yang semalam diminum, sangat manjur.
Badan saya terasa enteng, sesak napas mulai hilang, dan saya lanjut bekerja dari rumah alias work from home, sesuai perintah kantor.
Tapi, Senin 16 Maret, ketika malam, sesak itu kembali datang, lagi-lagi saat saya hendak tidur. Avocel kembali saya teguk dan tidur bisa nyaman.
Baca Juga: Pasien Positif Corona di Banten Bertambah 4, Total Jadi 12 Orang
Esoknya, Selasa 17 Maret, pukul 10.00 WIB, saya mengajak kakak dan teman yang kebetulan juga sedang kerja dari rumah, untuk memeriksa kesehatan.
Kakak saya medical check up (MCU) di klinik rujukan kantornya. Sementara saya dan teman, memeriksakan kesehatan di salah satu rumah sakit rujukan pemerintah, kawasan Jakarta Selatan.
Rumah sakitnya tak jauh dari Kebun Binatang Ragunan, kami tiba di sana sekitar pukul 11.00 WIB.
Saat akan masuk rumah sakit, tangan kami disemprot hand sanitizer, dahi kami diperiksa menggunakan thermal gun, hasilnya saya 36,2 dan teman saya 36, katanya ini normal.
Karena teman saya hanya MCU, saya juga ikut seperti itu—jadi kami tidak melalui posko screening COVID-19.
Baca Juga: Ribuan Umat Muslim Hadiri Ijtima Dunia di Gowa, Abaikan Peringatan Corona
***