Suara.com - “Tak ada berita seharga nyawa”, satu prinsip utama jurnalis tersebut semakin relevan ketika kekinian wabah virus corona Covid-19 tengah melanda dunia, termasuk Indonesia.
Sebab, ketika banyak warga mengurangi aktivitas di luar rumah dan menghindari tempat-tempat yang bisa menjadi medium penyebaran virus corona Covid-19, jurnalis justru sebaliknya.
Tak sedikit jurnalis yang tetap berada di luar rumah, demi mendapatkan informasi dan meneruskannya dalam bentuk berita kepada publik.
Meski sudah berupaya menjaga kesehatan dan diri, ada pula jurnalis yang merasakan sejumlah keluhan mirip gejala Covid-19.
Baca Juga: Pasien Positif Corona di Banten Bertambah 4, Total Jadi 12 Orang
Hal itu setidaknya terjadi terhadap satu jurnalis yang berbasis di Jakarta. Kekinian, ia berstatus pasien dalam pengawasan (PDP) virus corona.
Mulai hari Rabu (18/3/2020), ia melakukan isolasi mandiri di rumah, sampai ada tes lebih lanjut yang bisa membuktikan status kesehatannya.
Dalam situasi terisolasi tersebut, ia menuliskan sejumlah catatan harian dan setuju untuk dipublikasikan.
“Saya menuliskan pengalaman saya ini agar bisa menjadi pelajaran bagi publik untuk tetap waspada dan optimistis di tengah wabah virus corona,” kata sang jurnalis tersebut.
Berikut catatannya.
Baca Juga: Ribuan Umat Muslim Hadiri Ijtima Dunia di Gowa, Abaikan Peringatan Corona
***