"Saya bawa laptop ke rumah sakit untuk kerja, karena saya independent producer untuk seni jadi bisa bekerja di mana saja," kata Ratri Anindya.
Hari pertama senang banget karena kamar Sita dan ibu itu sebelah-sebelahan dan saya di seberangnya. Jadi kita telepon-teleponan dan dadah-dadahan karena ada pintunya.
Sita sampai menangis karena sudah berapa hari kan kita di sini. Ya sudah senang saja, karena kalau ada apa-apa paling tidak saya tahu, ibu sama Sita dekat sama saya.
Tapi hari keempat dan kelima kayaknya saya mulai merasa sumpek karena pertama kayaknya udara di kamar saya itu kayaknya paling panas dibanding kamar-kamar lain.
Baca Juga: Viral Pasien Corona Roboh di Stasiun Duren Kalibata, KCI: Hoaks
Jadi hampir panic attack karena merasa, "Aduh berapa lama saya di sini, kapan ya keluar."
Waktu itu kan belum keluar hasilnya positif atau negatif. Tapi saya sering sekali menelepon teman, keluarga, karena mereka juga harus waspada, jadi nonstop.
Akhirnya saya bikin konten di media sosial karena tak ada kerjaan.
Saya bawa laptop karena saya independent producer untuk seni, jadi saya bisa kerja di mana saja.
Kita bertiga aktif banget. Kita olahraga stretching badan. Sita sempat usaha pengin head stand di kasur terus susternya mengingatkan dari intercom, "Mbak Sita hati-hati ya infusnya."
Baca Juga: Update Corona di Jogja: 2 Pasien Positif, 8 Pasien Tunggu Hasil Uji Lab
Saya juga suka jingkrak-jingkrak di atas kasur sambil teleponan kalau bosan, lalu dari intercomnya terdengar, "Mbak Ratri, jangan mundur-mundur lagi ya, nanti jatuh."