Untung Rugi Sopir Ojol saat Transportasi Massal Jakarta Dibatasi

Selasa, 17 Maret 2020 | 20:10 WIB
Untung Rugi Sopir Ojol saat Transportasi Massal Jakarta Dibatasi
Ilustrasi ojek online (ojol). (mobimoto.com/Ema Rohimah).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Warga DKI Jakarta sempat menyampaikan keluh kesahnya melalui media sosial lantaran ada pembatasan jam operasional bagi transportasi massal, sebagai bentuk pencegahan meluasnya wabah virus corona Covid-19.

Sebagian dari mereka merasa kesal karena harus antre, berdesak-desakan demi mendapatkan tempat duduk dalam transportasi publik.

Untuk diketahui, Pemprov DKI  sempat memutuskan memangkas jam operasional dan armada transportasi publik, baik MRT, LRT, maupun TransJakarta, Senin (16/3) awal pekan ini. Transportasi publik itu hanya dioperasikan pukul 06.00 WIB hingga 18.00 WIB.

Kebijakan itu diterapkan setelah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menginstruksikan masyarakat untuk bekerja dari rumah atau work from home (WFH).

Baca Juga: Ilmuwan Akhirnya Temukan Cara Sistem Kekebalan Tubuh Lawan Corona

Namun, tak semua perusahaan mengamini instruksi Anies. Alhasil, praktik kebijakan itu di luar ekspetasi. Pada Senin pagi, antrean mengular tampak di sejumlah halte TransJakarta ataupun Stasiun MRT.

Kekesalan masyarakat ditambah dengan peniadaan sistem Ganjil-Genap yang membuat kemacetan saat jam berangkat ataupun pulang kerja tidak dapat dihindarkan.

Kondisi itu tentu merugikan masyarakat yang masih harus bekerja ke kantor. Namun ada pihak lain yang nyatanya mendapatkan cipratan keuntungan, yakni pengemudi ojek online.

Bagus Pratomo (33), pengemudi ojek online yang biasa mangkal di kawasan Blok M, Jakarta Selatan itu tidak memungkiri mendapatkan keutungan lebih pada saat penggunaan transportasi umum dibatasi.

Tidak sedikit dari calon pengguna transportasi umum akhirnya memilih menggunakan jasanya untuk sampai tepat waktu ke kantor.

Baca Juga: Mahasiswa IPB Dilaporkan Positif Terinfeksi Virus Corona

“Sudah dua hari ini lonjakan penumpang agak lumayan sih tapi di jam-jam tertentu saja, misalkan pagi sama sore hari,” ujar Bagus saat ditemui Suara.com di kawasan Stasiun MRT Cipete Raya, Jakarta Selatan, Selasa (17/3/2020).

Sembari bersyukur, Bagus menuturkan kalau orderan lebih banyak diperolehnya di kawasan pusat-pusat perkantoran semisal di sekitaran Jalan Sudirman, Senayan hingga Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan. Kondisi serupa masih ia rasakan pada Selasa pagi.

Ketika disinggung soal bahaya wabah Covid-19, Bagus memahami betul karena yang ia ketahui virus tersebut bisa ditularkan oleh orang lain dan belum ditemukan obatnya.

Tidak ada kebijakan dari perusahaannya untuk bekerja dari rumah lantaran Bagus sendri merupakan penyedia jasa.

Keuntungan yang ia peroleh tentu memaksakan dirinya untuk tetap ke luar rumah. Meski begitu ia ungkapkan ada rasa takut terhadap wabah Covid-19.

“Ya mau bagaimana lagi ya, kak. Profesi kami kan di jalanan. Rasa takut pasti ada, tapi kalau enggak jalan, ya enggak dapat uang tambahan. Ya saya harap sih enggak apa-apa,”  jelasnya.

Untuk mengantisipasi wabah Covid-19, Bagus mengaku hanya bermodalkan masker berbahan kain yang biasa ia kenakan sehari-hari.

Ia menyebut perusahaannya belum memberikan masker ataupun hand sanitizer bagi para mitra di tengah merebaknya virus Covid-19.

Cerita yang berbeda diutarakan oleh pengemudi ojek online lain, yakni Aditya Santoso (28). Pria berkacamata itu justru mengaku tidak mendapatkan cipratan keuntungan dari adanya kebijakan pembatasan transportasi umum.

Dia mengatakan, kebijakan peniadaan kegiatan belajar mengajar di sekolah justru membuatnya jadi sepi mendapatkan orderan. Padahal kalau tidak ada kebijakan itu, keuntungan yang diperolehnya selalu stabil.

“Seperti anak sekolah dilburin efek juga jadi agak sepi, banyak karyawan juga libur sepi. Kalau buat saya enggak terlalu (berefek), sama saja, malah berkurang,” kata Aditya saat ditemui di kawasan Cilandak Barat, Jakarta Selatan.

Berbicara soal wabah Covid-19, Aditya menuturkan perusahaan tempat ia bekerja justru sudah memberi imbauan untuk antisipasi seperti penyediaan masker dan penutup kepala.

Namun, hal itu berlaku untuk penumpang. Ia sendiri hanya bermodalkan masker kain. Tidak ada hand sanitizer.

Hand Sanitizer? Yang cairan semprot itu ya? Enggak, enggak ada,” ujar Aditya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI