Sembari bersyukur, Bagus menuturkan kalau orderan lebih banyak diperolehnya di kawasan pusat-pusat perkantoran semisal di sekitaran Jalan Sudirman, Senayan hingga Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan. Kondisi serupa masih ia rasakan pada Selasa pagi.
Ketika disinggung soal bahaya wabah Covid-19, Bagus memahami betul karena yang ia ketahui virus tersebut bisa ditularkan oleh orang lain dan belum ditemukan obatnya.
Tidak ada kebijakan dari perusahaannya untuk bekerja dari rumah lantaran Bagus sendri merupakan penyedia jasa.
Keuntungan yang ia peroleh tentu memaksakan dirinya untuk tetap ke luar rumah. Meski begitu ia ungkapkan ada rasa takut terhadap wabah Covid-19.
Baca Juga: Ilmuwan Akhirnya Temukan Cara Sistem Kekebalan Tubuh Lawan Corona
“Ya mau bagaimana lagi ya, kak. Profesi kami kan di jalanan. Rasa takut pasti ada, tapi kalau enggak jalan, ya enggak dapat uang tambahan. Ya saya harap sih enggak apa-apa,” jelasnya.
Untuk mengantisipasi wabah Covid-19, Bagus mengaku hanya bermodalkan masker berbahan kain yang biasa ia kenakan sehari-hari.
Ia menyebut perusahaannya belum memberikan masker ataupun hand sanitizer bagi para mitra di tengah merebaknya virus Covid-19.
Cerita yang berbeda diutarakan oleh pengemudi ojek online lain, yakni Aditya Santoso (28). Pria berkacamata itu justru mengaku tidak mendapatkan cipratan keuntungan dari adanya kebijakan pembatasan transportasi umum.
Dia mengatakan, kebijakan peniadaan kegiatan belajar mengajar di sekolah justru membuatnya jadi sepi mendapatkan orderan. Padahal kalau tidak ada kebijakan itu, keuntungan yang diperolehnya selalu stabil.
Baca Juga: Mahasiswa IPB Dilaporkan Positif Terinfeksi Virus Corona
“Seperti anak sekolah dilburin efek juga jadi agak sepi, banyak karyawan juga libur sepi. Kalau buat saya enggak terlalu (berefek), sama saja, malah berkurang,” kata Aditya saat ditemui di kawasan Cilandak Barat, Jakarta Selatan.