Lembaga Penelitian Asing Bongkar Kelemahan Jokowi soal Penanganan Corona

Selasa, 17 Maret 2020 | 15:39 WIB
Lembaga Penelitian Asing Bongkar Kelemahan Jokowi soal Penanganan Corona
Presiden Joko Widodo tiba usai menyampaikan keterangan pers terkait penangangan COVID-19 di Istana Bogor, Jawa Barat, Minggu (15/3). [ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Lowy Institute, lembaga think-tank Australia mengkritik habis-habisan Presiden Joko Widodo atau Jokowi, terkait penanganan virus corona (Covid-19).

Lembaga itu menyebutkan sejumlah kelemahan Jokowi dalam mengatasi krisis pandemi ini.

Dilansir lowyinstitute.org, Selasa (17/3/2020), krisis Covid-19 mengungkapkan kelemahan dalam pendekatan taktis terhadap politik, gaya kepemimpinan ad hoc, dan kurangnya pemikiran strategis dalam pemerintahan Jokowi.

Respons awal pemerintahan Jokowi dalam menanggapi Covid-19 dianggap sangat mencemaskan.

Baca Juga: Hari Perawat Nasional, Ini Tujuh Fakta Menarik Tentang Perawat

Pasalnya, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengeluarkan pernyataan kontroversial.

Terawan saat itu menyarankan bahwa doa akan membantu menjaga orang Indonesia aman dari virus.

Selain itu, Lowy Institute menyoroti jumlah pengujian orang Covid-19 yang dianggap sangat kecil.

"Pada hari Senin, Indonesia baru menguji lebih dari 1.200 orang untuk Covid-19, jumlah yang sangat kecil, dan melaporkan 134 kasus. Tidak heran kalau banyak ilmuwan (dan warga negara biasa) takut penyebaran di Indonesia, dengan populasi lebih dari 260 juta orang, jauh lebih luas," ungkap Lowy Institute, seperti dikutip Suara.com, Selasa (17/3/2020).

Alih-alih menahan informasi penyebaran penyakit agar tidak menimbulkan kepanikan di masyarakat, Jokowi justru dianggap kurang transparan.

Baca Juga: Waspada Virus Corona, DPRD Kulon Progo Batasi Daerah Kunjungan Kerja

Jokowi telah, dengan benar, mencoba meyakinkan orang dan mendorong mereka untuk mengambil tindakan pencegahan dasar yang tepat, seperti mencuci tangan dan meminimalkan kontak sosial yang tidak penting, kata Lowy Institute.

Lembaga penelitian independen itu berpendapat, Jokowi harus jauh lebih terbuka ketika mengelola krisis kesehatan masyarakat, seperti Covid-19. Bukan hanya mementingkan dampak di bidang ekonomi saja.

Belakangan, Jokowi telah melakukan pembenahan dengan membentuk tim "respons cepat" untuk mengatasi Covid-19. Namun, Lowy Institute menilai terjadinya kurang koordinasi lintas pemerintah.

Lowy Institute menyebut, "Naluri politik Jokowi - yang membangun sesuatu dari bawah dan melakukan pemeriksaan langsung - tidak cukup untuk krisis skala dan kecepatan ini.

Salah satu alasan pemerintah daerah mulai menerapkan tindakan mereka sendiri adalah karena kehilangan kepercayaan pada kemampuan Jokowi untuk mengatasi wabah".

Lembaga yang berbasis di Sydney ini juga menyoroti aksi Terawan memberikan paket jamu, ramuan herbal tradisional, dari Jokowi ke tiga pasien yang sembuh dari Covid-19.

"Sikap Terawan mungkin dimaksudkan untuk meningkatkan moral, tapi itu jelas pesan yang salah, pada waktu yang salah, dengan cara yang salah. Dan itu menunjukkan bahwa Jokowi dan pemerintahannya masih harus menempuh jalan panjang untuk mengatasi krisis ini," kata Lowy Institute.

Mereka menambahkan "Di seluruh dunia, pandemi ini membuka kelemahan sistem politik, masyarakat, dan ekonomi suatu negara. Tetapi masalahnya sangat akut bagi Indonesia."

Menurut Lowy Institute, Indonesia memiliki tingkat kemiskinan dan masalah kesehatan yang tinggi.

Indonesia juga dianggap memiliki sistem rumah sakit yang lemah dan secara kronis kekurangan dana.

Jokowi dirasa perlu bergerak melampaui sikapnya yang berbeda, reaktif, dan mengembangkan strategi yang jelas dan koheren untuk mengatasi krisis kesehatan ini.

Sebab, masalah-masalah ini tidak bisa diharapkan membaik dalam dua masa jabatannya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI