Lembaga penelitian independen itu berpendapat, Jokowi harus jauh lebih terbuka ketika mengelola krisis kesehatan masyarakat, seperti Covid-19. Bukan hanya mementingkan dampak di bidang ekonomi saja.
Belakangan, Jokowi telah melakukan pembenahan dengan membentuk tim "respons cepat" untuk mengatasi Covid-19. Namun, Lowy Institute menilai terjadinya kurang koordinasi lintas pemerintah.
Lowy Institute menyebut, "Naluri politik Jokowi - yang membangun sesuatu dari bawah dan melakukan pemeriksaan langsung - tidak cukup untuk krisis skala dan kecepatan ini.
Salah satu alasan pemerintah daerah mulai menerapkan tindakan mereka sendiri adalah karena kehilangan kepercayaan pada kemampuan Jokowi untuk mengatasi wabah".
Baca Juga: Hari Perawat Nasional, Ini Tujuh Fakta Menarik Tentang Perawat
Lembaga yang berbasis di Sydney ini juga menyoroti aksi Terawan memberikan paket jamu, ramuan herbal tradisional, dari Jokowi ke tiga pasien yang sembuh dari Covid-19.
"Sikap Terawan mungkin dimaksudkan untuk meningkatkan moral, tapi itu jelas pesan yang salah, pada waktu yang salah, dengan cara yang salah. Dan itu menunjukkan bahwa Jokowi dan pemerintahannya masih harus menempuh jalan panjang untuk mengatasi krisis ini," kata Lowy Institute.
Mereka menambahkan "Di seluruh dunia, pandemi ini membuka kelemahan sistem politik, masyarakat, dan ekonomi suatu negara. Tetapi masalahnya sangat akut bagi Indonesia."
Menurut Lowy Institute, Indonesia memiliki tingkat kemiskinan dan masalah kesehatan yang tinggi.
Indonesia juga dianggap memiliki sistem rumah sakit yang lemah dan secara kronis kekurangan dana.
Baca Juga: Waspada Virus Corona, DPRD Kulon Progo Batasi Daerah Kunjungan Kerja
Jokowi dirasa perlu bergerak melampaui sikapnya yang berbeda, reaktif, dan mengembangkan strategi yang jelas dan koheren untuk mengatasi krisis kesehatan ini.