Kebijakan Pengurangan Transportasi Tuai Kritikan, Ferdinand: Memang Blunder

Senin, 16 Maret 2020 | 17:58 WIB
Kebijakan Pengurangan Transportasi Tuai Kritikan, Ferdinand: Memang Blunder
Politikus Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean di Puri Cikeas, Bogor. (Suara.com/Rambiga)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Politisi dari Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean menyebut kebijakan pengurangan transportasi yang diambil oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan adalah langkah yang blunder.

Pasalnya akibat pengurangan armada, pembatasan jumlah penumpang, dan pengurangan jam operasional, terjadi penumpukan penumpang di sejumlah titik yang mengakibatkan masyarakat Jakarta saling berdesak-desakan.

Ferdinand menilai kebijakan yang diberlakukan oleh Anies sejak hari Senin (16/3/2020) itu justru membuat upaya pencegahan virus corona menjadi amburadul.

Cuitan Ferdinand Hutahaean (Twitter).
Cuitan Ferdinand Hutahaean (Twitter).

"Kebijakan Blunder Transportasi Anies Berujung Amburadul," tulis Ferdinand via akun Twitter-nya @FerdinandHaean2 menyadur sebuah judul berita media online.

Baca Juga: Usai Bertemu Menteri Belanda, Wagub Emil Lakukan Tes Corona, Ini Hasilnya

Ia menganggap keputusan tersebut adalah suatu kesalahan di tengah krisis virus corona di Indonesia. Ia juga meminta kepada publik agar tak terus menerus memuji Anies.

"Harus diakui bahwa kebijakan mengurangi armada itu adalah sebuah kesalahan. Jangan dipuji teruslah!" katanya.

Melihat hal ini, banyak warganet yang bereaksi. Sebagian menyatakan sependapat namun tak sedikit juga yang tampak geram dengan cuitan Ferdinand.

Hal itu seperti diungkapkan oleh pengguna Twitter @ISyzea.

"Kesalahan? Masyarakat dan korporasi yang tidak mengindahkan imbauan presiden dan gubernur. Jelas-jelas kondisi darurat corona kenapa gak ambil kebijakan kerja di rumah?" tulisnya.

Baca Juga: Wabah Corona, Syamsir Alam dan Bunga Jelitha Tetap Gelar Akad Nikah

"Gak capek ya nyerang Anies terus? Pansos atau caper bang?" tulis @Putie_bahara.

Guna meminimalisir penularan virus corona atau COVID-19, Pemprov DKI Jakarta akhirnya mengeluarkan kebijakan pengurangan transportasi baik dari segi jumlah unit, jam operasional, dan kapasitas penumpang pada Senin (16/3/2020). Namun, yang terjadi justru penumpukan hingga membuat penumpang saling berdesak-desak. Ini meningkatkan resiko penularan virus karena tidak sejalan dengan konsep 'Social Distancing' yang dianjurkan oleh pemerintah.

Soal Antrean TransJakarta, Yunarto: Logika Apa yang Dipakai Pemprov DKI?

Yunarto Wijaya buka suara soal antrean panjang penumpang TransJakarta. (Twitter/@yunartowijaya)
Yunarto Wijaya buka suara soal antrean panjang penumpang TransJakarta. (Twitter/@yunartowijaya)

Bos Lembaga Survei Charta Politika Yunarto Wijaya menyesalkan antrean penumpang TransJakarta yang mengular sampai jalan raya.

Antrean panjang itu terjadi karena PT TransJakarta membatasi jam operasional bus sebagai upaya pencegahan pandemi virus corona Covid-19.

Namun menurut Yunarto, kebijakan tersebut tidak logis, sehingga ia mempertanyakan sikap yang diambil Pemprov DKI Jakarta.

Terlebih, tidak semua warga memiliki alat transportasi pribadi dan menjadikan transportasi umum sebagai andalan.

Pernyataan tersebut disampaikan Yunarto melalui cuitan di akun Twitter pribadinya.

"Logika apa entah yang dipake sama pemprov DKI dengan ngurangi route bus trans jakarta & MRT... orang dianggap semua punya kendaraan pribadi n naik ojek daring yang tarifnya baru naik???" tanya Yunarto seperti dikutip Suara.com, Senin (16/3/2020)

Ia lantas mengaitkan kejadian ini dengan upaya lockdown yang belakangan disebut-sebut perlu diterapkan pemerintah untuk menangkal penyebaran virus corona.

Yunarto menilai, perlu ada kesiapan matang dalam berbagi aspek untuk menerapkan kebijakan lockdown bukan sekadar menyerukannya.

Yunarto Wijaya buka suara soal antrean panjang penumpang TransJakarta. (Twitter/@yunartowijaya)
Yunarto Wijaya buka suara soal antrean panjang penumpang TransJakarta. (Twitter/@yunartowijaya)

Alih-alih terlalu cepat mengambil keputusan lockdown, justru membuat situasi makin kacau. Berkaca dengan antrean panjang para penumpang TransJakarta.

"Ini indikasi keputusan tentang lockdown bukan sekedar tentang berani atau gak, harus ada persiapan matang, terkait kesiapan logistik, transportasi, rumah sakit, dan reaksi sosial dari orang yg hidupnya dari penghasilan harian... potensi chaos kalo gak... IMO," tambahnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI