7 Tips Meliput COVID-19, dari Cek Fakta sampai Wawancara Penyintas Trauma

Minggu, 15 Maret 2020 | 13:24 WIB
7 Tips Meliput COVID-19, dari Cek Fakta sampai Wawancara Penyintas Trauma
Juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19 Achmad Yurianto memberikan keterangan pers di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (13/3). [ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Sebelumnya, ada juga yang menyebut wabah ini sebagai endemi. Tapi di saat bersamaan yang lain menyebutnya pandemi.

WHO telah memperbarui statusnya, pada 11 Maret, sekarang mereka menyebut COVID-19 sebagai pandemi.

3. Tetap Aman

The Committee to Protect Journalists (CPJ) mengeluarkan saran terperinci untuk jurnalis yang meliput COVID-19 yang mencakup persiapan pra-penugasan, kiat-kiat untuk menghindari infeksi di daerah yang terkena dampak, perencanaan perjalanan, dan peringatan pasca penugasan. Berikut kiat-kiatnya:

Baca Juga: Cegah Penyebaran Corona, Dishub Jogja Perketat Pengawasan Kantong Parkir

  • Gunakan sarung tangan pelindung jika bekerja di atau mengunjungi lokasi yang terinfeksi, seperti fasilitas perawatan medis. Peralatan pelindung pribadi medis (APD) lainnya seperti bodysuit dan masker wajah penuh mungkin juga diperlukan.
  • Jangan mengunjungi pasar basah (tempat daging atau ikan segar dijual) atau pertanian di daerah yang terkena dampak. Hindari kontak langsung dengan hewan (hidup atau mati) dan lingkungannya. Jangan menyentuh permukaan yang mungkin terkontaminasi oleh kotoran hewan.
  • Jika Anda meliput di fasilitas kesehatan, pasar, atau pertanian, jangan sekali-kali meletakkan peralatan di lantai. Selalu dekontaminasi peralatan dengan tisu antimikroba yang bekerja cepat seperti Meliseptol, diikuti dengan disinfeksi menyeluruh.
  • Jangan pernah makan atau minum sambil menyentuh binatang, atau di dekat pasar atau peternakan.
  • Selalu pastikan cuci tangan dengan air panas dan sabun sebelum, selama, dan setelah meninggalkan area yang terkena.

4. Memilih Ahli

Wakil Kepala RSPAD Gatot Soebroto Brigadir Jenderal TNI dr. A. Budi Sulistya (tengah) bersama Menteri Sekretraris Negara (Mensesneg) Pratikno (kiri) dan RSPAD Gatot Soebroto, dr Nyoto Widyo Astoro (kanan) memberikan keterangan kepada media terkait kondisi Menteri Perhubungan BUdi Karya Sumadi di Kantor Kemensesneg, Jakarta, Sabtu (14/3). [ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja]
Wakil Kepala RSPAD Gatot Soebroto Brigadir Jenderal TNI dr. A. Budi Sulistya (tengah) bersama Menteri Sekretraris Negara (Mensesneg) Pratikno (kiri) dan RSPAD Gatot Soebroto, dr Nyoto Widyo Astoro (kanan) memberikan keterangan kepada media terkait kondisi Menteri Perhubungan BUdi Karya Sumadi di Kantor Kemensesneg, Jakarta, Sabtu (14/3). [ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja]

Virus ini tidak diketahui dan tidak dapat diprediksi, dan tidak ada cukup peneliti atau dokter yang berspesialisasi pada COVID-19. Profesor epidemiologi di Sekolah Kesehatan Masyarakat TH Chan, Harvard, William Hanage, memberikan pertimbangan dalam memilih para ahli.

  • Pilih ahli dengan hati-hati. Penerima Hadiah Nobel untuk satu subjek ilmiah tidak membuat seseorang menjadi otoritas pada semua topik sains. Juga tidak memiliki gelar PhD atau mengajar di sekolah kedokteran bergengsi.
  • Bedakan apa yang diketahui benar dari apa yang dianggap benar - dan apa spekulasi atau pendapat.
  • Berhati-hatilah saat mengutip temuan dari “pracetak,” atau makalah akademis yang tidak diterbitkan.
  • Minta bantuan akademisi untuk mengukur kebenaran teori dan klaim baru. Untuk mencegah penyebaran informasi yang salah, outlet berita juga harus memeriksa fakta.
  • Baca karya jurnalis yang meliput topik sains dengan baik.

5. Ikuti nasihat jurnalis lain

Lihatlah kiat - kiat ini dari T&J GIJN bersama Thomas Abraham, seorang jurnalis kesehatan veteran, pakar penyakit menular dan keamanan kesehatan global.

Selain itu, baca kisah Caroline Chen. Dia selamat dari wabah SARS di Hong Kong pada usia 13, dan kemudian, sebagai seorang reporter, meliput SARS dan Ebola dari garis depan.

Baca Juga: Kantongi 90 Persen Suara, AHY Diprediksi Aklamasi Jadi Ketum Demokrat

Dalam artikel ini, Chen berfokus pada apa yang harus ditanyakan ketika meliput COVID-19; bagaimana membuat segala sesuatu menjadi akurat ketika berhadapan dengan perkiraan, proyeksi, dan informasi yang berubah dengan cepat; dan bagaimana tetap aman, di atas segalanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI