Surati Istana, Indonesian Young Scientist Forum Desak Status Lockdown

Sabtu, 14 Maret 2020 | 19:35 WIB
Surati Istana, Indonesian Young Scientist Forum Desak Status Lockdown
Ilustrasi virus corona Covid-19. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Indonesian Young Scientist Forum (YSF) menyurati Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko pada Sabtu (14/3/2020).

Dalam surat itu, YSF memberikan rekomendasi kepada pemerintah untuk segera menetapkan status penguncian diri atau lockdown melihat angka pasien positif virus Corona (Covid19) yang terus meningkat per harinya.

Berry Juliandi, seorang neurosaintis dari Institut Pertanian Bogor (IPB) mengaku jika pihaknya yang memberikan surat rekomendasi itu ke pihak istana. 

Ia mengatakan kalau surat tersebut sudah diterima Sekretariat KSP dan tengah diatur jadwal agar YSF bisa bertemu langsung dengan Moeldoko.

Baca Juga: Kampung Halaman Presiden Jokowi Lockdown, Codot di Pasar Depok Dimusnahkan

"Masih dibahas dan atur jadwal," kata Berry saat dihubungi Suara.com, Sabtu (14/3/2020).

YSF yang terdiri dari peneliti-peneliti Indonesia di dalam dan luar negeri menyampaikan keprihatinannya atas pandemi Covid-19 global termasuk yang terjadi Indonesia.

Pertimbangan YSF untuk memberikan rekomendasi ialah karena situasi penyebaran wabah Covid19 bukanlah situasi yang terkontrol di laboratorium. Kemudian banyak faktor-faktor terkait Covid19 yang tidak diketahui dengan akurat.

Juga Indonesia akan menghadapi bulan Ramadhan dan Hari Idul Fitri di mana akan ada perkumpulan massa besar-besaran. Justru hal tersebut berisiko besar untuk menyebarkan wabah Covid-19 ke area yang lebih luas.

Dengan demikian YSF menilai Pemerintah Indonesia harus mengambil skenario yang paling terburuk sampai paling baik agar segala sektor seperti perekonomian, pariwisata, pendidikan akan berjalan. Adapun tiga rekomendasi yang disampaikan kepada KSP.

Baca Juga: Wabah Corona Terus Naik, Wapres Ma'ruf Sebut Indonesia Belum Perlu Lockdown

"Melakukan tindakan maksimal untuk membatasi perkumpulan massa dan pergerakan massa (lockdown) di daerah-dareah rawan apabila kasus menjadi dua kali per-hari," kata Berry.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI