Suara.com - Deputi V Badan Intelijen Negara (BIN) Bidang Intelijen Teknologi Mayjen TNI Afini Boer membeberkan ancaman bahaya dan potensi penyebaran virus corona, salah satunya adalah super spreader. Benarkah seseorang bisa menjadi super spreader, menyebarkan penyakit ke lusinan orang?
Menyadur dari The Straits Times, konsep super spreader muncul ketika ada wabah SARS dan MERS melanda. Kini istilah tersebut muncul lagi di tengah wabah COVID-19.
Dr Amesh Adalja, ahli penyakit dalam dan menular di Universitas John Hopkins mengatakan istilah itu bukan lah istilah ilmiah. Selain itu, tidak ada jumlah perpindahan yang menentukan penyebarannya.
"Tapi secara umum, biasanya angka yang jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan orang lain." kata Amesh kepada AFP.
Baca Juga: Update Corona Covid-19 di Indonesia: 8 Sudah Negatif, 5 Meninggal Dunia
Beberapa variabel menentukan seberapa banyak orang yang bisa terinfeksi oleh seorang individu, dan seberapa cepat mereka menyebarkan virus.
Hasilnya, virus corona memiliki tingkat transmisi antara 2-3, yang berarti setiap kasus yang terkonfirmasi berpotensi menginfeksi rata-rata dua hingga tiga orang lainnya.
Kasus super spreader dalam wabah corona muncul di Inggris, ketika seorang pasien corona berkebangsaan Inggris diduga telah menginfeksi selusin orang setelah dia kembali dari Singapura dan kemudian bermain ski di Pegunungan Alpen.
Di Korea Selatan, seorang wanita yang dikenal sebagai pasien ke-31 diduga sebagai super spreader karena menginfeksi puluhan orang lainnya.
"Super spreader mungkin saja ada, pasien tidak hanya menginfeksi 2-3 orang tapi puluhamn lainnya." kata Dr Eric Caumes, Kepala Bagian Penyakit Menular dan Penyakit Tropis di Rumah Sakit Pitie-Salpetriere di Paris.
Baca Juga: Tertular Corona dari Pasien, Anies: Dokter dan Perawat Kerja Nonstop
"Masalahnya adalah kita tidak menemukan mereka." tegasnya.