"Ke mana pun Anda pergi, siapa pun yang Anda ajak bicara, selalu ada rasa tanggung jawab dan tindakan kolektif, dan ada semangat besar untuk menyelesaikan sesuatu." kata Bruce Aylard, ahli epidemiologi WHO Kanada yang memimpin tim tersebut.
Meski bukan merupakan daerah yang memiliki dampak parah corona, klinik di Provinsi Guangdong bahkan melakukan skrining pada 320.000 untuk mendeteksi COVID-19, dan hanya 0.14% yang dinyatakan positif.
Laporan WHO tersebut menyebutkan, "Tiongkok telah meluncurkan upaya penahanan penyebaran penyakit yang paling ambisius, gesit, dan agresif dalam sejarah."
Tindakan paling dramatis dan kontroversial adalah mengunci kota Wuhan dan kota-kota terdekat di Provinsi Hubei. Setidaknya 50 juta orang wajib dikarantina sejak 23 Januari.
Baca Juga: Haris Azhar ke Jokowi: Intelijen Suruh Cari Harun Masiku, Corona Biar BNPB
Menurut laporan, tindakan tersebut telah secara efektif mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut ke seluruh negeri.
Di daerah lain di daratan China, orang-orang juga secara sukarela dikarantina dan diawasi oleh para petugas kesehatan setempat.
Selain itu, otoritas Tiongkok juga membangun dua rumah sakit khusus di Wuhan dalam waktu satu minggu. Perawat kesehatan dari seluruh China dikirim ke pusat terjadinya wabah.
Pemerintah juga melakuka upaya pelacakan kontak dari kasus yang dikonfirmasi. Adapun tim yang dikerahkan berjumlah lebih dari 1800 orang yang bertugas menelusuri puluhan ribu kontak.
Baca Juga: Kritik Menkes Terawan Soal Corona, Gus Nadir Diserang Warganet