Demam Babi Afrika, Virus yang Menulari Babi dari China Muncul Lagi

Jum'at, 13 Maret 2020 | 07:10 WIB
Demam Babi Afrika, Virus yang Menulari Babi dari China Muncul Lagi
Ilustrasi babi. (PIxabay/Roy Buri)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebelum corona, China sempat terkena African Swine Fever atau Demam Babi Afrika. Virus itu menyebabkan kematian besar-besaran pada populasi babi.

Melansir dari Reuters, Demam Babi Afrika ditemukan menginfeksi pada babi dan telah membuat jutaan babi mati. Demam Babi Afrika ini pertama ditemukan di China pada Agustus 2018, telah menewaskan setengah dari seluruh populasi babi di negeri itu.

Sayangnya, virus itu kembali ditemukan pada Kamis (12/3/2020). Kementerian Pertanian China menemukan kasus baru terkait Demam Babi Afrika di sebuah truk ilegal.

Kasus baru wabah ini ditemukan di Leshan, Sichuan di sebuah truk yang mengangkut 111 babi. Pada truk ilegal itu, setidaknya ada 7 babi yang ditemukan sudah mati.

Baca Juga: Kompetisi NBA Dihentikan, Vince Carter Pensiun Lebih Awal?

Dalam kasus ini, pemeritah China terlalu tertutup untuk mengumumkannya sebagai epidemi.

Padahal, laporan Reuters menyatakan bahwa virus itu membuat lebih dari seperempat babi di dunia hilang dari pasaran. Menyebabkan harga daging babi melonjak secara global.

Kementerian Pertanian dan Urusan Pedesaan China mengatakan kepada Reuters bahwa China telah berulang kali mengomunikasikan pentingnya pelaporan wabah Demam Babi Afrika. Namun, saat mewawancarai para peternak mereka mengaku tidak diberi tahu apa-apa oleh pemerintah.

Pola penanganan virus Demam Babi Afrika dianggap cukup mirip dengan penanganan corona pada awal virus itu mewabah.

Dikutip dari Reuters, otoritas China cenderung bereaksi meyakinkan publik bahwa semuanya baik-baik saja. Kematian pertama corona pada 9 Januari 2020 di Wuhan pun disebut sebagai sesuatu yang tidak perlu dikhawatirkan.

Baca Juga: Waspada, Sering Anyang-anyangan Tanpa Sebab Bisa Jadi Gejala Gagal Ginjal

Pada hari-hari berikutnya, pihak berwenang China juga mengatakan bahwa virus itu di bawah kendali dan tidak akan menular secara luas.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI