Misteri Pasien Virus Corona Nomor 27, Siapa Dia?

Jum'at, 13 Maret 2020 | 06:20 WIB
Misteri Pasien Virus Corona Nomor 27, Siapa Dia?
Orang-orang dengan mengenakan masker berjalan melewati Flinders Street Station, setelah kasus virus corona dipastikan muncul, di Melbourne, Victoria, Australia (29/1/2020). (ANTARA/REUTERS/Andrew Kelly/tm)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pasien nomor 27 dipastikan bukan kasus transmisi lokal alias tertular virus corona yang memunyai inang di Indonesia. Sebab pasien nomor 27 tersebut tertular dari pasien nomor 20 subklaster Jakarta.

Artinya, pasien nomor 27 tersebut masih terkait dengan pasien nomor 1 yang tertular virus corona warga negara asing.

"Tentang pasien kasus 27, hari sebelumnya belum ada kepastian. Tapi hari ini dipastikan bukan karena transmisi lokal. Itu didapatkan dari pemeriksaan kontak,” kata Juru Bicara Pemerintah Untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengungkapkan, di Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (12/3/2020).

Berdasarkan penelusuran, pasien 27 sempat melakukan kontak dengan pasien 20 sebelum terjangkit virus Covid-19. Nah, dalam penelusuran sebelumnya, pemerintah memastikan pasien nomor 20 memiliki kontak dengan pasien 1 yang merupakan klaster Jakarta.

Baca Juga: Usai Bersua Donald Trump, Pembantu Presiden Brasil Positif Virus Corona

"Ternyata dia kontak dekat dengan pasien 20. Pasien 20 ini terkait pasien 01. Artinya tidak kontak dengan 01, tapi dengan 20. Nah 20 yang kontak dengan pasien 01. Dengan demikian, teka teki sudah kami pecahkan,” kata Yurianto.

Karena itu, pihaknya saat ini tengah melakukan penelusuran kontak dari pasien 27. Hal tersebut untuk mengetahui siapa saja yang kemungkinan tertular dari pasien 27 sehingga bisa segera diisolasi.

12 pasien diawasi

Yurianto juga mengatakan, pemerintah saat ini sedang mengawasi 12 pasien yang dikategorikan suspect virus corona.

"Ada 12 yang kami awasi. Saya masih belum bisa menyebutkan detilnya tapi ada pengawasan yang secara spesifik," ujar Yurianto .

Baca Juga: Jubir Pemerintah Penanggulangan Virus Corona: Tidak Ada Opsi Lockdown

Yurianto menyebut, 12 PDP tersebut di antaranya baru datang dari luar negeri dan memiliki kontak dengan pasien positif corona.

"Kami minta PDP ini jadi perhatian khusus, karena beberapa di antaranya baru datang dari luar negeri. Beberapa di antaranya miliki kontak dengan pasien yang baru-baru itu. Misalnya dia mengantar pasien nomor 33, kami langsung periksa juga," ucap dia.

Yurianto menyebut, 12 PDP tersebut menjadi perhatian khusus karena menunjukkan gejala ringan mirip corona seperti batuk dan panas.

"Keseluruhannya menunjukkan ada gejala meskipun ringan, pada umumnya panas disertai batuk, ada beberapa yang disertai pilek," kata Yurianto.

Lebih lanjut, Yurianto mengatakan pihaknya menggunakan dua metode untuk melakukan pemeriksaan yakni PCR dan Genome sequencing. Hal tersebut untuk menghindari hasil pemeriksaan positif yang salah.

"Tapi posisinya sudah tidak di masyarakat, sudah dikarantina. Pasien sebelumnya juga kami perlakukan demikian. Tanpa ada cross check dengan genome sequencing kita belum yakini. Yang bersangkutan yang penting sudah ada di rumah sakit sudah diisolasi. Ada ruang waktu bagi kita gunakan genome sequencing untuk membuktikan siapa kontak dekat dia.”

Lock down

Yurianto mengatakan, pemerintah memutuskan untuk tidak melakukan lockdown semua ataupun sebagian wilayah negara untuk menghentikan penyebaran wabah tersebut.

"Kami (Pemerintah) tidak akan memberikan opsi lockdown," ujar Yurianto.

Sejumlah negara yang sudah melakukan lockdown di antaranya Denmark, Amerika Serikat, Filipina.

Yurianto menuturkan, kalau dilakukan lockdown, pemerintah tidak bisa melakukan pergerakan untuk menghentikan virus corona.

"Kalau di lockdown, malah kami tidak bisa berbuat apa-apa. Tetapi tentunya ini akan menjadi keputusan bersama yang akan segera dikoordinasikan di tingkat kementerian," ucap dia.

Tak hanya itu, Yurianto menuturkan ditetapkannnya virus corona sebagai pendemi global, karena penyakit ini bisa menyerang siapa saja di dunia ini.

Kemudian juga virus corona terjadi di lebih dari 114 negara dan menimbulkan kematian yang cukup banyak.

"Ini ditandai penyakit baru yang belum tahu betul karakternya. kedua terjadi di banyak negara dalam waktu bersamaan dan ada jejak epidemiologinya. tidak mungkin tanpa sebab dan kaitan dengan negara lain. sudah lebih dari 114 negara dan menimbulkan kematian yang cukup banyak," ucap dia

Karena itu, kata Yurianto, seluruh negara harus melaporkan jumlah kasus virus corona di setiap negara. 

Artinya, setiap negara wajib mengantisipasi dan memberikan respon terkait virus corona.

"Oleh karena itu semua negara harus laporkan jumlah kasus, apakah ini suatu pandemi atau bukan. Ternyata ini suatu pandemi. artinya tidak ada satu negara pun yang tidak mengantisipasinya. semua harus memberikan antisipasi, memberi respon," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI