Nekat Susul Keluarga di Suriah, Febri: Hancur, Bom Di Mana-mana

Kamis, 12 Maret 2020 | 16:54 WIB
Nekat Susul Keluarga di Suriah, Febri: Hancur, Bom Di Mana-mana
Youtube/Ganjarpranowo
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Febri Ramdani (26) pernah tinggal di Suriah, tempat di mana ISIS berkuasa. Kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, ia bercerita tentang masa-masa beratnya di salah satu negara Negara Timur Tengah itu.

"Motivasi terbesar saya itu karena dulu ada keluarga yang pergi ke sana karena keluarga besar ke sana jadi saya terpaksa ikut," kata dia melalui chanel youtube resmi Ganjar Pranowo.

Keluarga besar Febri berangkat ke Suriah pada tahun 2014 dengan menjual habis aset yang dimiliki. Setahun setelahnya, Febri yang masih berumur 22 tahun itu nekat menyusul keluarganya.

"Yang ajak karena itu melihat deklarasi di internet tentang khilafah waktu 2014, akhirnya rembugan bersama dan karena banyak faktor juga akhirnya memutuskan untuk pergi," kata dia.

Baca Juga: 10 Pemuda yang Keliling Bawa Sajam di Jalan Magelang Diamankan Polsek Mlati

Faktor yang Febri maksud adalah kebutuhan atas biaya pengobatan salah satu anggota keluarga. Tertarik pergi ke Suriah, mereka dijanjikan iming-iming yang menggiurkan.

Ilustrasi ISIS. (Suara.com/Ema Rohimah)
Ilustrasi ISIS. (Suara.com/Ema Rohimah)

"Jadi yang pertama karena pengobatan dan pekerjaan di sana, di sana bisa bebas jadi apa saja bahkan kalau enggak kerja akan dapat tunjangan dan sebagainya," tambahnya.

Tapi sesampainya di Suriah, Febri mengaku janji manis deklarasi khilafah nyatanya berbanding terbalik.

"Faktanya sangat berbanding terbalik pak, kita tidak mendapatkan apa-apa bahkan pemaksaan yang ada di sana," katanya pada Ganjar.

"Yang laki-laki dipaksa untuk ikut berperang dan yang perempuan dipaksa untuk menikah. Beberapa anggota keluarga itu suka diminta oleh kombatan sana untuk menikah, karena bagi ISIS jihadnya wanita itu ya menikah di sana dan laki-laki diwajibkan untuk berperang," terangnya.

Baca Juga: Dewi Sanca Unggah Foto Seronok Lagi, Warganet: Mbak Sudah ke Psikiater?

BACA JUGA: Menolak Gabung, Anak Eks ISIS: Mereka Memotong Tangan dan Kaki Saya

Ia menambahkan bahwa bukan hanya warga luar yang dirugikan, sipil Suriah pun tidak akan mendapatkan fasilitas jika tidak bergabung dengan ISIS.

"Orang sipil di sana yang tidak mau bergabung dengan pihak ISIS pun tidak mendapatkan fasilitas, bahkan dikucilkan"

Keadaan Hancur

Sebelum pergi ke Suriah, Febri sempat mencari tahu gambaran tentang negara itu. Ia menemukan, bahwa negara tempat lahirnya ISIS itu sudah tertata secara infrastruktur.

"Tapi ternyata pas sampai sana hancur semua, bom di mana-mana, satu jam itu sudah tidak terhitung bom berapa kali," katanya. 

Meskipun begitu, selama berada di Suriah ia tidak pernah melihat pembunuhan keji oleh kombatan. Namun ancaman untuk dibunuh selalu ada.

"Melihat orang digantung disembelih gitu?" tanya Ganjar Pranowo.

"Belum pernah, tapi diancam seperti itu sering," jawab Febri.

Ancaman itu muncul ketika ia menolak dijadikan sebagai salah satu anggota kombatan dan ikut berperang di sana.

"Kalau kita tidak mau ikut berperang taruhannya kan nyawa, jadi kita coba-coba cari cara, saya pura-pura sakit. Sampai benar-benar dibawa ke rumah sakit, dan alhamdulillah pas sampai di rumah sakit saya disuntik, dikasih obat, saya jadi sakit beneran itu," tambahnya.

Sulitnya Bertemu Keluarga

Sejak awal, Febri datang ke Suriah untuk bertemu keluarga besarnya namun jalan itu tidak mulus. Ia harus menunggu berbulan-bulan untuk bertemu langsung dengan keluarga.

"Itu luar biasa panjang pak, pas saya ke sana tidak langsung ketemu, itu sekitar 5 bulan saya baru bisa melihat kerluarga saya," kata dia.

Ia menambahkan, "Saya sempat ditahan oleh sebuah fraksi, ditangkap selama sebulan terus pindah ke beberapa kota, cari informasi akhirnya alhamdulillah bisa masuk dan ternyata pas saya sampe sana mereka sudah mau balik (Indonesia)."

Seteleh bertemu keluarga, mereka akhirnya mencari jalan pulang dengan mengontak berbagai instansi pemerintahan. Sayangnya, ada beberapa keluarga Febri yang meninggal di Suriah.

"Ada beberapa keluarga yang meninggal di sana," ujarnya pada Ganjar Pranowo.

Sempat terlibat di Suriah, ia mengaku akhirnya mendapat hal baik dengan pemikiran yang terbuka.

"Hal baiknya saya bisa lebih terbuka melihat fakta yang terjadi itu tidak sesuai, maka itulah penyesalan terbesar saya dan keluarga juga," tuturnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI