Suara.com - Pemprov DKI Jakarta mengimbau agar warga ibu kota mengurangi penggunaan uang tunai dalam melakukan transaksi. Pasalnya, alat pembayaran yang memiliki fisik itu dinilai bisa membantu penyebaran virus corona.
Terkait hal ini, Sekretaris Perusahaan Bank DKI, Herry Djufraini meminta masyarakat menggunakan transaksi non-tunai. Pembayaran ini bisa dilakukan dengan menggunakan aplikasi di telpon pintar (smartphone) atau kartu.
Herry menyebut imbauan ini sesuai dengan perintah Gubernur DKI Anies Baswedan melalui Instruksi Gubernur (Ingub) Nomor 16 Tahun 2020 tentang Peningkatan Kewaspadaan Terhadap Risiko Terinfeksi Virus Corona (COVID-19).
"Sebagai upaya untuk mengurangi risiko masyarakat terekspos virus corona, ada baiknya melakukan transaksi secara nontunai menggunakan mobile banking," ujar Herry dalam keterangan tertulis, Rabu (11/3/2020).
Baca Juga: Tom Hanks dan Istri Positif Virus Corona
Beberapa sarana pembayaran nontunai yang bisa digunakan di antaranya, e-money (Bank Mandiri), Flazz (Bank BCA), Tap-Cash (Bank BNI), Brizzi (Bank BRI), serta kartu nontunai milik Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) DKI, Jakcard dan JakLingko
Selain itu ada juga produk mobile banking semisal JakOne Mobile sebagai salah satu solusi bertransaksi pengganti uang tunai.
Sebelumnya, para ahli memperingatkan bahwa uang kertas kotor mungkin bisa menyebarkan virus corona. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun mendesak semua orang untuk melakukan transaksi tanpa kontak dalam upaya menurunkan risiko penularan virus.
Peringatan ini keluar ketika virus corona terus terdeteksi di seluruh Eropa dengan jumlah korban yang terus meningkat hingga menyaingi asal wabah virus di China.
WHO menyarankan agar semua orang selalu mencuci tangan setelah menyentuh uang kertas. Karena, virus corona bisa menempel di mata uang kertas dengan cara yang sama ketika virus hidup di gagang pintu rumah, gagang pintu toilet dan lift.
Baca Juga: Gegara Corona, Rupiah Babak Belur Dihajar Dolar
Apalagi uang kertas sudah pasti pernah berpindah tangan ratusan kali. Kondisi ini meningkatkan segala bentuk kotoran dari serangga atau manusia menempel di permukaan mata uang kertas.
"Kami tahu bahwa uang sering berpindah tangan dan ada banyak jenis bakteri serta virus yang menempel," kata juru bicara WHO dikutip dari The Sun.