"Ya masuk akal aja, karena variabel sosial misalnya keakraban bernegara ada keteganang etnis, agama enggak tau bagaimana. Ada virus bukanya ada kebersamaan malah ada segregasi kan," ujarnya.
"Perdamaian politik ada, tapi perdamaian batin tidak ada itu bukan salah rakyat tapi pemerintah," tambanya.
Menurut Rocky, pemerintah yang tidak bisa membaca tanda-tanda pembusukan politik disebabkan karena melumpuhkan potensi oposisi.
"Pemerintah mengambil alih potensi oposisi memasukkan suara oposisi ke dalam kabniet. Karena enggak ada oposisi sinyal pembusukan (politik) itu tidak bisa dilihat pemerintah," katanya.
Baca Juga: Menpora Ingin Pegawai Kemenpora Tingkatkan Kinerja
Dengan keadaan-keadaan tersbeut, Rocky menyatakan bahwa pemerintah bisa jatuh dengan kebijakannya sendiri.
"Pemerintah bisa berhenti di tengah jalan, macet atau lockdown oleh kebijakannya sendiri nanti," tutupnya.