Kasus Pembunuhan di Sawah Besar, Kriminolog: NF Juga Korban dari Lingkungan

Rabu, 11 Maret 2020 | 14:22 WIB
Kasus Pembunuhan di Sawah Besar, Kriminolog: NF Juga Korban dari Lingkungan
Kriminolog Haniva Hasna (Youtube)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kasus pembunuhan bocah berusia enam tahun di Sawah Besar yang dilakukan oleh remaja berinisial NF membikin publik geger. Banyak yang menghakimi dan menghujat pelaku karena perbuatannya. Namun, kriminolog Haniva Hasna punya pandangan lain soal hal ini.

Haniva yang diundang dalam acara Indonesia Lawyers Club, Selasa malam (10/3/2020) mengatakan bahwa NF juga termasuk korban. Ia meyakini bahwa gadis remaja itu adalah korban dari keluarga dan lingkungan di sekitarnya.

"Menurut saya dia adalah korban. Korban dari siapa? Korban dari agen-agen yang seharusnya bisa membentuk dia menjadi orang yang baik," ujarnya.

Dalam keterangan lebih lanjut, ia menjelaskan tentang proses bagaimana seorang anak atau remaja di bawah umur bisa menjadi pelaku kejahatan pembunuhan. Menurut Husna, anak-anak bisa menjadi pelaku kejahatan karena ada proses belajar atau meniru.

Baca Juga: Pembunuhan di Sawah Besar, Sudjiwo Tedjo Kritik Sistem Tata Kota Indonesia

"Seorang anak bisa menjadi pelaku itu kalau ada proses belajar, bang Karni. Kejahatan itu bisa dipelajari bahkan hukum pun bisa dilewati. Ada lagi satu poin yang gimana caranya dia melakukan itu lebih baik daripada tidak melakukan kejahatan. Artinya anak-anak ini semakin hari semakin pintar dan mereka mempelajari tentang kejahatan itu," kata Haniva menerangkan.

Lokasi pembunuhan di Sawah Besar. (Suara.com/Arga)
Lokasi pembunuhan di Sawah Besar. (Suara.com/Arga)

Haniva juga menjelaskan perihal siapa saja agen yang ia maksud sehingga NF bisa belajar dari mereka.

"Dia belajar dari yang berhubungan langsung dengan dia secara kontinyu, secara nyata, secara dekat. Nah, kebetulan yang dekat dia adalah media. Yang dekat dengan dia adalah film. Film apa? Film kekerasan," tutur Haniva.

Namun, kriminolog yang juga pemerhati anak itu tak lantas melabeli bahwa film kekerasan sudah pasti menyebabkan anak-anak menjadi penjahat. Menurutnya, ada andil dari orang tua yang seharusnya mengawasi tontonan anak-anaknya.

"Apakah setiap film kekerasan itu membuat seorang anak menjadi jahat? Belum tentu juga. Ada attachment yang kurang, ada bonding yang kurang antara dia dengan orang tua. Bukan hanya dengan orang tua, bagaimana dengan gurunya? Bagaimana dengan lingkungannya? Sehingga dia kehilangan itu semua."

Baca Juga: 5 Film Ini Menginspirasi Aksi Pembunuhan, Salah Satunya dari Indonesia

Haniva menduga bahwa tindak kejahatan yang dilakukan NF ada andil dari orang tua. Bagi Haniva, jika orang tua dia dekat dengan NF maka mereka seharusnya tahu pada saat NF menggambar sketsa-sketsa yang bernuansa menyeramkan.

"Gambarannya horor. Harusnya orang tua tahu dong dan bertanya ini gambar apa, apa yang kamu maksud, kenapa kamu mencaci? Karena anak ini sudah berumur 15 tahun, bang Karni. Harusnya dia sudah tahu mana yang baik dan mana yang buruk," terangnya lebih lanjut.

NF menyerahkan diri ke kantor kepolisian sehari setelah melakukan pembunuhan. Saat ini ia sedang menjalani proses pemeriksaan kejiwaan di RS Polri Kramat Jati. Polisi mengatakan butuh waktu 14 hari untuk mengetahui apakah kondisi kejiwaan pelaku terganggu atau tidak.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI