Suara.com - NF, perempuan 15 tahun yang membunuh anak berusia 6 tahun di kawasan Sawah Besar, Jakarta Pusat diklaim merasa puas atas aksi pembunuhannya. Bahkan, aparat kepolisian menyebut NF sama sekali tidak menyesal telah membunuh korban berinisial APA.
Dalam ungkap kasus pada Sabtu (7/3/2020), NF diklaim terinspirasi dari film thriller. Polisi bahkan menyebut judul film, seperti 'Chucky' -film boneka pembunuh yang populer di tahun 1988- dan 'Slander Man' disebut sebagai inspirasi bagi NF.
Psikolog Anak Anna Surti Ariani berpendapat, seseorang kerap mengonsumsi film atau gim dengan tema kekerasan, maka ada kecenderungan kekerasan yang meningkat. Dalam hal ini, Anna bukan menghakimi jika film semacam itu bisa menjadi trigger bagi seseorang untuk melakukan kekerasan.
"Jadi begini, kalau seseorang terlalu sering menonton film atau main gim yang bertemakan kekerasan ada kecenderungan toleransi dia terhadap kekerasan itu meningkat," kata Anna kepada Suara.com pada Senin (9/3/2020).
Baca Juga: Fakta Mencengangkan Gadis Pembunuh Balita di Sawah Besar
Dalam hal ini, orang yang kerap mengonsumsi film dan gim dengan tema itu mungkin melihat kekerasan sebagai hal yang lumrah. Artinya, kemungkinan melakukan tindakam serupa lebih besar.
"Artinya, dia semakin melihat kekerasan biasa saja, bukan sesuatu yang mengerikan. Kalau dia sudah melihat kekerasan sebagai hal yang biasa, maka memang kemungkinannya lebih besar untuk melakukan tindakan kekerasan," jelas Anna.
Namun, kata Anna, jika orang tersebut jarang mengkonsumsi film kekerasan maka risiko melaku kekerasan kecil. Sebab, konsumsi orang terhadap tindak kekerasan sangat kecil.
"Tapi kalau yang tidak sering-sering banget, sebenarnya risikonya tidak sebesar yang sering. Selain itu, kalau dia cuma gara-gara nonton saja, apalagi cuma sekali dua kali, itu tidak jadi penyebab. Karena kesehariannya tidak seperti itu," katanya.
Peran Keluarga
Baca Juga: KPAI: Orangtua Harus Mendampingi Anak Pelaku Pembunuhan di Sawah Besar
Anna mencatat, jika misalnya NF hidup dalam keluarga yang menciptakan kasih sayang, maka film-film semacam itu hanya sebagai hal biasa. Mungkin, NF tidak memunyai niat atau hasrat untuk membunuh orang.
"Contohnya, kalau dia (NF) hidup di keluarga yang penuh kasih sayang terus saling memperhatikan, nonton beginian. Itu cuma jadi semacam bunga kehidupan saja. Pasti tidak ada kepikiran untuk membunuh," ujar Anna.
Jika seandainya, NF tumbuh dalam keluarga yang penuh dengan kekerasan, hal untuk melakukan kekerasan mungkin bisa terjadi. Masalah penolakan dari teman hingga keluarga bisa menjadi penyebab seseorang menemukan citraan dirinya dalam sebuah film.
"Tapi, kalau misal dia dalam keluarga penuh dengan kekerasan, atau dia sering diabaikan dalam keluarganya, atau sama pertemannya juga ada penolakan, kemudian secara budaya kita juga banyak dan sebagainya," ujarnya.
"Nah, yang membuat dia adem dan penuh kasih sayang itu juga sedikit kemungkinan lebih besar tuh untuk melakukan kekerasan."
Sebelumnya, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus mengatakan, NF memunyai hobi menonton film horor. Salah satu film yang kerap ditonton oleh NF adalah Chucky-- boneka pembunuh yang populer pada tahun 1988.
Selain itu, NF juga kerap menonton film 'Slander Man'. Diketahui, film 'Slander Man' menampilkan karakter fiksi yang digambarkan seperti pria tipis tinggi tanpa wajah, mempunyai tentakel dan mengenakan baju hitam dengan dasi merah. The 'Slender Man' umumnya suka menculik atau melukai orang, terutama anak-anak.
"Tersangka ini sering menonton film horor. Salah satunya Chucky, Slender Man. Film favorit pelaku Slender Man film tentang pembunuhan remaja,” kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus di Mapolrestro Jakarta Pusat, Sabtu (7/3/2020).
Catatan:
Pendapat Psikolog Anak Anna Surti Ariani dalam wawancara dengan Suara.com bukan semata-mata untuk menyimpulkan diri NF. Sebab, Anna tidak memeriksa langsung NF secara psikologi.