"Aku kehilangan napsu makan," kata anak itu pada Indiatoday.
"Aku melihat orang-orang dengan tongkat dan pedang di jalan-jalan. Kami berjalan dan tiba-tiba seseorang melemparkan cairan ke arahku," katanya.
"Aku berteriak pada ibuku ketika kulitku mulai terbakar dan melorot, kami segera lari dari sana. Saya takut sekarang. Saya tidak ingin makan apa pun, " tambahnya lagi.
Teman-temannya di lingkungan itu datang menghibur dan bermain dengannya, mengalihkan pikirannya dari tragedi itu.
Baca Juga: Bagaimana Cara Mewujudkan Resolusi dengan Kemungkinan 97% Berhasil?
Dampak Psikologi
Anak-anak yang mengalami kekerasan atau kejadian tak menyenangkan sejak kecil, sangat bepotensi mengalami Post Traumatic Disorder (PTSD).
Profesional Medis India, Samir Parikh menyatakan, potensi PTSD pada anak-anak sangat tinggi.
"Anak-anak yang menyaksikan langsung kekerasan massa dapat menghadapi dampak trauma jangka panjang. Peristiwa kekerasan itu bisa tertanam dalam ingatan dan akan muncul berulang. Beberapa anak di bawah umur menjadi takut dan menyendiri," kata Parikh.
Menurut Parikh, pentin bagi orangtua terus berinteraksi dengan anak dan membuatnya berekspresi sebaik mungkin. "Ekspresi perasaan adalah hal penting dan orang tua harus selalu menjaga interaksi," kata dia.
Baca Juga: Semprot Alkohol ke Seluruh Tubuh Bisa Bunuh Virus Corona, Mitos atau Fakta?
Para penasihat menyarankan bahwa terapi seni dan interaksi rutin dengan anak-anak dapat membantu mereka mengatasi tekanan kekerasan masa lalu.