Mesin Tik Pram Bukan dari Soeharto, Orba Hanya Kasih Mesin Bekas

Sabtu, 07 Maret 2020 | 15:28 WIB
Mesin Tik Pram Bukan dari Soeharto, Orba Hanya Kasih Mesin Bekas
Cuitan Fadli Zon
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Pramoedya Ananta Toer

Pramoedya adalah sastrawan ulung  Indonesia yang unik. Karya besarnya lahir di tangh tekanan dan penganiayaan penguasa orde baru.

Setelah kemerdekaan, dia menjadi salah satu pendukung Presiden Sukarno dan pada dekade 1950an aktif di Lembaga Kebudayaan Rakyat yang tenar dikenal sebagai Lekra. Sayangnya peristiwa 30 September membuat ia masuk didaftar orang-orang yang dianggap komunis. 

Pram ditangkap oleh tentara dua minggu setelah kejadian 30 September, ia dituding sebagai anggota Partai Komunis Indonesia (PKI), partai yang dituding berupaya melakukan kudeta untuk menggulingkan pemerintahan yang sah.

Baca Juga: Jokowi Disebut Buatkan Ahok Ibu Kota Baru, Fadli Zon Beri Sindiran Menohok

Para seniman yang bergabung dalam Lekra sendiri mengatakan bahwa organisasi itu bukanlah organ resmi PKI dan anggota-anggotanya tak serta-merta anggota PKI.

Setelah itu ia dipenjara di Pulau Buru sebagai tahanan politik oleh rezim Soeharto selama 14 tahun. Ditahanan, ia menghasilkan karyanya besarnya Tetralogi Buru, yang terdiri dari empat novel: "Bumi Manusia", "Anak Semua Bangsa", "Jejak Langkah", dan "Rumah Kaca".

Karya yang kini sudah diterjemahkan dalam lebih dari 20 bahasa di dunia itu, awalnya diceritakan secara lisan oleh Pram kepada rekan-rekannya di Buru. Setelah ia diizinkan menggunakan kertas dan mesin tik ia menulis kisah yang kemudian dibukukan pada 1980-an. Pram wafat pada usia 81 akibat penyakit diabetes dan jantung.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI