Suara.com - Penyintas kanker resah dengan harga masker yang melambung tinggi.
Susanto (46) seorang pedagang ATK (alat tulis kantor) dan anaknya Celine (6) penyintas kanker, mereka mengaku tak mampu membeli masker.
"Dulu harganya masih murah, sekitar Rp 20 ribu hingga Rp 40 ribu per kotak, sekarang harganya selangit hingga Rp 250 ribu sampai Rp 400 ribu per kotak, sehingga terlalu mahal bagi kami yang sangat membutuhkannya," jelas Susanto seorang penderita kanker Nasofaring kepada Antara -- jaringan Suara.com.
Susanto didiagnosa mengidap kanker nasofaring, sementara anaknya leukimia atau kanker darah, sehingga dengan kenaikan harga masker yang sangat tinggi itu, tentunya memberatkan sekali.
Baca Juga: Dua Pasien Baru Positif Corona Masih Demam, Tapi Tak Sesak Napas
"Masker merupakan kebutuhan sehari-hari kami, karena saya rentan dengan polusi udara terutama asap, baik asap bakar-bakaran, asap rokok, dan debu, biasa pemakaian kami dalam satu hari itu bisa sebanyak lima buah, terutama anak saya yang memerlukan banyak, yakni sebanyak tiga masker, terutama saat bepergian," ungkapnya.
Tak hanya itu, Susanto harus melakukan check up setiap tiga bulan sekali ke Jakarta untuk mengetahui perkembangan penyakitnya yang sudah masuk ke dalam stadium dua itu.
Susanto mengungkapkan bahwa dengan harga masker yang melambung tinggi itu, mungkin disebabkan oleh dampak virus COVID-19 atau ada oknum-oknum yang menimbun masker tersebut sehingga persediaannya menjadi sangat terbatas.
"Sementara ini saya dan anak saya cuma memakai masker kain tipis karena tidak mampu beli masker dengan harga yang sangat mahal itu," ujarnya.
"Saya berharap kepada pemerintah untuk turut berpartisipasi dan menangani masalah ini agar rakyat-rakyat kecil seperti saya yang membutuhkan masker bisa teratasi," imbuhnya.
Baca Juga: Polisi Jual Masker Sitaan, Mahfud: Asal Uangnya Tak Dimakan Sendiri