Perguruan Tinggi harus Memiliki Program Pengembangan Karier Alumni

Jum'at, 06 Maret 2020 | 10:15 WIB
Perguruan Tinggi harus Memiliki Program Pengembangan Karier Alumni
Plt. Dirjen Binapenta dan PKK Kementerian Ketenagakerjaan, Aris Wahyudi, saat membuka UI Career & Scholarship Expo XXIX di Balairung Kampus UI, Kota Depok, hari Kamis (5/3/2020). (Dok : Kemnaker).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Untuk membantu lulusan Perguruan Tinggi mudah terserap pasar kerja atau berwirausaha, perguruan tinggi diminta untuk tidak hanya menyelenggarakan sistem pendidikan bagi peserta didiknya saja. Perguruan pinggi juga perlu mengembangkan sistem pengembangan karier bagi alumninya.

Hal tersebut disampaikan Plt. Dirjen Binapenta dan PKK Kementerian Ketenagakerjaan, Aris Wahyudi, saat membuka UI Career & Scholarship Expo XXIX di Balairung Kampus UI, Kota Depok, hari Kamis (5/3/2020). 

"Sekarang dunia pendidikan tidak hanya memikirkan produksi, saya mendidik, saya melatih. Harus dipikirkan juga pengembangan karier lulusan," kata Aris.

Menurut Aris, untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dan alumni, perguruan tinggi perlu memperhatikan 3C. Pertama, make competence, yakni membekali peserta didik dan alumninya dengan kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.

Baca Juga: Lewat Wirausaha, Kemnaker Ciptakan Pengusaha Mandiri

Kedua, make confidence, yakni meningkatkan kepercayaan diri peserta didik dan alumni akan bekal keterampilan yang sudah diterima selama di kampus dapat digunakan untuk bersaing di dunia kerja.

"Tentu bukan hanya dari sisi IPK-nya, namun juga softskill, dan yang tidak kalah penting adalah bahasa asing," jelas Aris.

Ketiga, make connected.

"Sehingga menjadi terhubung, seperti kegiatan hari ini adalah dalam rangka menghubungkan antara kampus dengan dunia kerja, antara mahasiswa dengan dunia kerja," lanjut Aris menjelaskan.

Aris juga menjelaskan, seiring dengan perkembangan zaman, paradigma pembelajaran telah bergeser dari scholing menjadi learning. Pembelajaran tidak lagi terikat ruang dan waktu.

Baca Juga: Tingkatkan Jaminan Sosial, Kemnaker Belajar Pengalaman dari 5 Negara

"Perguruan tinggi perlu membangun ekosistem pendidikan yang mana mahasiswanya memiliki learning agility, yang memiliki kelincahan dalam belajar. Sehingga ketika lulus tidak gagap, tidak galau," ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI