Suara.com - Sebagai bentuk apresiasi kepada para guru agama, tahun ini, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng) mengalokasikan anggaran insentif pengajar keagamaan se-Jateng sebesar Rp 253,7 miliar. Tahun 2019, penerima insentif sebanyak 171.131 guru, dan tahun ini ada peningkatan menjadi 211.455 penerima.
Hal itu dikemukakan Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Setda Jateng, Imam Maskur.
“Tahun 2019, penerima insentif sebanyak 171.131 guru. Tahun ini ada peningkatan menjadi 211.455 penerima. Insentif yang diterima sebesar Rp 1,2 juta per tahun, dengan pencairan bertahap setiap tiga bulan sekali,” katanya.
Anggaran itu akan dibagikan kepada 211.455 orang, baik guru madrasah diniyah (madin), pondok pesantren, TPQ, sekolah minggu (Katolik/Kristen), Vijjalaya (Budha) dan Pasraman (Hindu). Jumlah penerima insentif tahun ini juga bertambah, yaitu sebanyak 40.324 orang.
Bantuan tersebut diberikan oleh Pemprov Jateng sebagai apresiasi terhadap para guru agama. Jika pada 2019 penerima bantuan hanya pendidik dari agama Islam, seperti pondok pesantren, taman pendidikan Al Quran, dan madrasah diniyah, maka tahun ini juga diberikan kepada guru agama non-Islam.
Adapun rinciannya, guru Islam 206.302 orang (22.924 lembaga), Kristen 4.057 orang (1.661 lembaga), Katolik 434 orang (76 lembaga), Budha 498 orang (40 lembaga) dan Hindu 164 orang (61 lembaga).
Imam menjelaskan, syarat penerima bantuan antara lain berasal dari lembaga pendidikan keagamaan nonformal yang terdaftar pada Kantor Kementerian Agama kabupaten dan kota setempat.
Mereka juga diusulkan oleh lembaga pendidikan kegamaan nonformal kepada Kantor Kemenag setempat, memiliki surat mengajar, memiliki rekening bank aktif atas nama penerima bantuan insentif dan berdomisili di Jateng.
Baca Juga: Ganjar Pranowo Banjir Pesanan Kaus Gubernur Garis Lucu
Penuhi Janji Kampanye
Sementara itu, Wakil Gubernur Jateng, Taj Yasin Maimoen mengatakan, pemberian insentif merupakan bentuk penunaian janji kampanyenya dan Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, pada pilkada 2018. Saat itu, Ganjar - Yasin berjanji membangun pendidikan keagamaan dan sumber daya manusia (SDM) pondok pesantren.
“Janji ini langsung kami tunaikan, agar pembangunan mental dan spiritual anak-anak kita lebih baik. Mentalnya baik, tidak mudah terpapar hoaks. Bisa juga menjadi modal untuk membuka usaha,” kata Taj Yasin, Jateng, Kamis (5/3/2020).
Dia berharap, insentif ini dapat membantu mengurangi beban masyarakat, khususnya guru agama, sehingga dapat menurunkan angka kemiskinan di Jateng.
"Kalau soal jumlah, harapan kami, tiap tahun bisa bertambah nominalnya untuk per orangnya. Jika mereka sejahtera, maka upaya pengentasan kemiskinan di Jateng juga terlaksana. Apalagi selama Maret 2019 - September 2019, jumlah orang miskin di Jawa Tengah telah berkurang 63.830 ribu orang, atau 0,22 persen," paparnya.
Gus Yasin berharap, masyarakat dapat menjadi mata dan telinga bagi Pemprov Jateng, khususnya dalam mengawasi pelaksanaan program dan kegiatan pengentasan kemiskinan agar semakin tepat sasaran.
"Saya berharap, di akhir masa jabatan kami, angka kemiskinan dapat ditekan di bawah 2 digit. Tiada gading yang tak retak. Saya menyadari masih banyak kekurangan di dalam upaya pengentasan kemiskinan di Jawa Tengah. Untuk itu, partisipasi publik menjadi sangat penting," tandasnya.
Selain memberikan insentif untuk pengajar keagamaan, Pemprov Jateng juga mengucurkan bantuan operasional sekolah daerah (Bosda) senilai Rp 26,57 miliar untuk 177.114 siswa Madrasah Aliyah (MA) negeri dan swasta.