Suara.com - Wakil Presiden Ma'ruf Amin mempertanyakan terkait adanya permintaan pembubaran Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Ma'ruf menilai jika kinerja BPIP tidak baik yang harus dilakukan adalah perbaikan.
Pernyataan Ma'ruf tersebut dicontohkan seperti ingin membasmi tikus. Apabila ingin membasminya, maka tidak perlu membakar sarangnya.
"Kenapa harus dibubarkan? Semua partai Islam sudah mengatakan bahwa BPIP tidak perlu dibubarkan," kata Ma'ruf di kantornya, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Rabu (4/3/2020).
"Kalau ada kerjanya yang tidak baik, diperbaiki kinerjanya saja bukan lembaganya. Membunuh tikus, rumahnya dibakar, ya jangan lah," sambungnya.
Baca Juga: Maruf Amin Kumpulkan Menteri Obrolkan Orang Miskin di Gedung Bertingkat
Ma'ruf kemudian menilai BPIP hadir karena permintaan. Hal tersebut lantaran tidak ada badan yang bisa melanjutkan kinerja Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (BP7) yang berjalan saat masa Orde Baru.
"Karena itu perlu ada lembaga yang mengawal. Lahirlah BPIP itu," pungkasnya.
Sebelumnya, dilansir dari Antara, Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) ke-VII mendesak Presiden Joko Widodo atau Jokowi untuk membubarkan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
Wakil Ketua Umum MUI Pusat, KH Muhyiddin Junaidi mengatakan pihaknya mendesak Jokowi untuk mengembalikan penafsiran Pancasila kepada MPR.
"Sebagaimana diamanatkan dalam sila ke-4 dalam Pancasila," kata Muhyiddin saat penutupan KUII ke-VII di Pangkalpinang, Jumat lalu.
Baca Juga: Tengok Korban Banjir Bandang di Banten, Wapres Maruf Naik Kereta Api
Desakan itu tidak terlepas dari kontroversi BPIP yang seringkali mengundang kritikan dari publik. Terakhir, kontroversi itu datang dari Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi.
Dalam wawancaranya dengan detik.com berjudul "Kepala BPIP Sebut Agama Jadi Musuh Terbesar Pancasila", yang diterbitkan pada Rabu (12/2/2020) beserta cuplikan videonya, Yudian berkomentar soal hubungan Pancasila dengan agama di Indonesia.
Di artikel itu dilansir bahwa menurut Yudian, memasuki era reformasi, Pancasila mulai "dibunuh" dengan bebasnya sejumlah kelompok, termasuk partai politik, dalam menentukan asas-asas organisasi selain Pancasila, contohnya Islam.
Disebutkan pula bahwa Yudian beranggapan, ada sejumlah kelompok yang hendak melawan Pancasila dengan mereduksi agama menurut kepentingan pribadinya tanpa memperhatikan nilai-nilai Pancasila, sehingga dia mengatakan, "Kalau kita jujur, musuh terbesar Pancasila itu ya agama."