Mimpi itu dilahap api pada Selasa (26/02) pagi pekan lalu.
Rumah Munazir dirampok dan dibakar oleh sekelompok pria muda yang mengenakan topeng dan helm. Mereka menyisir lingkungan perumahan tempat Munazir tinggal, bersenjatakan batang kayu, tongkat hoki, batu, dan botol berisi bensin.
Mereka melantunkan "Jai Shri Ram", atau "Kemenangan bagi Dewa Rama", salam yang telah berubah menjadi slogan maut kelompok radikal Hindu dalam beberapa tahun terakhir.
Khajuri Khas adalah salah satu permukiman kumuh yang dilanda kerusuhan agama paling mematikan di Delhi dalam puluhan tahun, dipicu oleh bentrokan terkait undang-undang kewarganegaraan yang kontroversial.
Tidak terjadi pembunuhan di sini. Tapi tiga hari kerusuhan dan pembakaran akhirnya memakan lebih dari 40 nyawa, meninggalkan ratusan lainnya terluka dan hilang.
Properti senilai jutaan dolar hancur. Dan ada bukti bahwa warga Muslim disasar terencana, dengan banyak contoh yang menunjukkan beberapa polisi membantu perusuh, atau sekadar mengabaikan mereka.
Terdapat sekitar 200 rumah dan toko di jalanan sempit Khajuri Khas, seperlimanya milik warga Muslim. Namun hampir mustahil membedakan bangunan yang dimiliki warga Muslim dengan yang dimiliki warga Hindu. Bangunan-bangunan itu bahkan berbagi tembok dan garis atap.
Tapi pekan lalu, para perusuh menyasar rumah dan toko milik Muslim dengan mudah. Puing-puing rumah warga Muslim yang tertutup jelaga kini berdiri di samping rumah-rumah warga Hindu yang tak tersentuh dan rapi.
Toko-toko milik umat Muslim serta pusat pelatihan dan pabrik soda terbakar habis. Sedangkan toko-toko milik umat Hindu sudah mulai dibuka.
Baca Juga: Serbuan Coronavirus, Sektor Otomotif India Mulai Terpengaruh
Satu-satunya hal masih menjadi milik bersama kedua komunitas adalah jalanan yang penuh dengan sisa-sisa kekerasan: kaca pecah, kendaraan terbakar, robekan buku-buku pelajaran, roti yang menjadi arang.