Kembali ke Normalisasi, Solusi ala Ferdinand Hutahaean Atasi Banjir

Sabtu, 29 Februari 2020 | 17:53 WIB
Kembali ke Normalisasi, Solusi ala Ferdinand Hutahaean Atasi Banjir
Warga melintas di samping Sungai Ciliwung, Jakarta, Rabu (19/9). [Suara.com/Muhaimin A Untung]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Politisi Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean mengatakan bahwa banjir di Jakarta hanya bisa diminimalisir. Dia mengemukakan bahwa ada beberapa solusi yang bisa dilakukan untuk meminimalisirnya.

"Yang pertama adalah normalisasi kali," kata Ferdinand ketika menjadi narasumber di acara Dua Sisi di TV One (27/2/2020).

Pemprov Jakarta telah memulai program normalisasi sebagai salah satu program pengendalian banjir. Normalisasi ini dilaksanakan berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Khusus Ibu Kota Jakarta Nomor 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Program tersebut menginstruksikan untuk membuat sarana pengendali banjir dan drainase, termasuk menormalisasi 13 sungai yang mengalir di Jakarta.

"Kalau tanpa tanpa tata kelola drainase, percuma. Jakarta tetap akan tenggelam," klaim Ferdinand.

Baca Juga: Gegara Hoaks, Antar Saudara Baku Hantam Hingga Akibatkan Rumah Rusak

Pada tahun 2017, Gubernur Anies Baswedan menghentikan program normalisasi sungai ini. Ia kemudian menggantinya dengan program naturalisasi sungai lantaran terbatasnya lahan bebas di sepanjang daerah aliran sungai.

Ferdinand memberi usulan lain, "Bahkan kalau perlu, kita harus nekat dan berani mengambil wilayah tertentu untuk dijadikan waduk. Bebaskan lahannya, bangun pemukiman flat keatas untuk warganya." 

Ditanya Geisz Chalifah Soal Sekolah, Ferdinand Marah Sampai Nunjuk-Nunjuk

Ferdinand Hutahaean tersulut amarah saat ditanya soal SMA oleh Geisz Chalifah. (Youtube/TVOne).
Ferdinand Hutahaean tersulut amarah saat ditanya soal SMA oleh Geisz Chalifah. (Youtube/TVOne).

Politikus Ferdinand Hutahaean marah-marah ketika berdiskusi dengan Komisaris Ancol, Geisz Chalifah. Keduanya bertemu saat menjadi narasumber di acara Dua Sisi yang ditayangkan TV One, Kamis(27/2/2020).

Awalnya Ferdinand menyoroti soal penebangan pohon di Monas.

Baca Juga: KBRI Paris Dukung Unjuk Kemampuan Indonesia di Hannover Messe 2020

"Saya bertanya soal Anies menangani banjir, tidak ada yang bisa jawab, Bang. Anies ini, Monas ditebangi," katanya.

Geisz Chalifah ganti melempar pertanyaan. "Anda bicara tentang Monas, SMA Anda di mana?"

"Saya enggak sekolah!" jawab Ferdinand berulang kali. "Monas ditebangi! Anda sudah bicara tentang Monas belum? Aku tahu kau ini Komisaris Ancol, kau ngaku-ngaku jadi aktivis," tambahnya sambil menunjuk Geisz.

"Ini saya mau bicara," Geisz terlihat mulai terpancing amarah.

"Bicaralah!" bentak Ferdinand.

"Bicara saja, nggak usah galak-galakan," kata Geisz sambil mengabaikan komentar Irma Suryani Chaniago yang turut menjadi narasumber.

Geisz melanjutkan penjelasannya, "Saya SMA 7 Gambir. Monas tempat saya balapan motor dulu".

"So what gitu loh?" potong Ferdinand dan Irma Suryani hampir bersamaan.

"Selama ini yang dimaksud dengan cagar budaya ukurannya sampai mana? Karena selama ini Monas resmi menjadi tempat lomba balapan gokart, balapan motor. Setelah sekian tahun, baru Monas itu dipagari," balas Geisz.

"Tapi ini soal penebangan pohon yang menghambat resapan, Bung Geisz," kata pembawa acara.

Ilustrasi Geisz Chalifah. (Suara.com/Iqbal Asaputro)
Ilustrasi Geisz Chalifah. (Suara.com/Iqbal Asaputro)

Geisz melanjutkan, "Pemotongan itu untuk revitalisasi, untuk Monas lebih baik. Pohon-pohon itu ditanami lebih banyak..."

Belum selesai kalimatnya, Ferdinand memotong dengan bertanya, "Pohon ditebangi lebih baik? Logika mana itu?"

Kesal dengan Ferdinand yang selalu memotong kalimatnya, Geisz melontarkan pertanyaan. "Lah, Anda sendiri sudah selesai belum?"

"Pohon yang ditebangi itu logika yang salah kalau dibilang itu akan lebih baik!" jawab Ferdinand. Kali ini ia menjawab sambil menunjuk-nunjuk Geisz.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI