Kembali ke Normalisasi, Solusi ala Ferdinand Hutahaean Atasi Banjir

Sabtu, 29 Februari 2020 | 17:53 WIB
Kembali ke Normalisasi, Solusi ala Ferdinand Hutahaean Atasi Banjir
Warga melintas di samping Sungai Ciliwung, Jakarta, Rabu (19/9). [Suara.com/Muhaimin A Untung]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Geisz Chalifah ganti melempar pertanyaan. "Anda bicara tentang Monas, SMA Anda di mana?"

"Saya enggak sekolah!" jawab Ferdinand berulang kali. "Monas ditebangi! Anda sudah bicara tentang Monas belum? Aku tahu kau ini Komisaris Ancol, kau ngaku-ngaku jadi aktivis," tambahnya sambil menunjuk Geisz.

"Ini saya mau bicara," Geisz terlihat mulai terpancing amarah.

"Bicaralah!" bentak Ferdinand.

Baca Juga: Gegara Hoaks, Antar Saudara Baku Hantam Hingga Akibatkan Rumah Rusak

"Bicara saja, nggak usah galak-galakan," kata Geisz sambil mengabaikan komentar Irma Suryani Chaniago yang turut menjadi narasumber.

Geisz melanjutkan penjelasannya, "Saya SMA 7 Gambir. Monas tempat saya balapan motor dulu".

"So what gitu loh?" potong Ferdinand dan Irma Suryani hampir bersamaan.

"Selama ini yang dimaksud dengan cagar budaya ukurannya sampai mana? Karena selama ini Monas resmi menjadi tempat lomba balapan gokart, balapan motor. Setelah sekian tahun, baru Monas itu dipagari," balas Geisz.

"Tapi ini soal penebangan pohon yang menghambat resapan, Bung Geisz," kata pembawa acara.

Baca Juga: KBRI Paris Dukung Unjuk Kemampuan Indonesia di Hannover Messe 2020

Ilustrasi Geisz Chalifah. (Suara.com/Iqbal Asaputro)
Ilustrasi Geisz Chalifah. (Suara.com/Iqbal Asaputro)

Geisz melanjutkan, "Pemotongan itu untuk revitalisasi, untuk Monas lebih baik. Pohon-pohon itu ditanami lebih banyak..."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI