Lapar dan Takut, Warga Wuhan: Mau Makan, tapi Makanannya Busuk

Sabtu, 29 Februari 2020 | 07:10 WIB
Lapar dan Takut, Warga Wuhan: Mau Makan, tapi Makanannya Busuk
Hari Sabtu di Wuhan, keliling di jalanan yang lengang. Hari pertama Tahun Baru Imlek. (twitter.com/ylchaniago)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Sementara itu,  layanan pemasok bahan makanan memiliki aturan baru dengan membatasi jumlah kiriman. Supermarket dan Komunitas lingkungan pun saling berebut untuk mendapatkan bahan makanan.

Di lingkungan Guo, 5,5 kilogram untuk lima sayuran termasuk kentang dan kol bayi harganya mencapai 50 yuan atau lebih dari seratus ribu rupiah.

Hari Sabtu di Wuhan, keliling di jalanan yang lengang. Hari pertama Tahun Baru Imlek. (twitter.com/ylchaniago)
Hari Sabtu di Wuhan, keliling di jalanan yang lengang. Hari pertama Tahun Baru Imlek. (twitter.com/ylchaniago)

Terlebih, model pembelian bahan makanan melalui komunitas ternyata mengalami kendala lain. Supermarket memiliki minimum pemesanan untuk dikirim. Ini menyulitkan komunitas dengan kelompok yang kecil.

Beberapa wilayah bahkan menerapkan aturan sendiri seperti melarang supermarket menjual kepada individu dan memaksa lingkungan membeli dalam jumlah besar atau tidak sama sekali.

Baca Juga: 2 Orang di Indonesia Meninggal Dunia saat Suspect Virus Corona Covid-19

Sebuah supermarket bahkan membatasi beban pengiriman harian menjadi 1000 pesanan per hari. Pihak supermarket memiliki kendala mempekerjakan staff. Mereka takut terinfeksi jika mempekerjakan terlalu banyak orang.

Kenyataan lain yang dihadapi penduduk Wuhan adalah bahan makanan yang busuk. Meski mereka telah membeli secara kelompok, namun tak jarang mereka menemui tomat dan bawang yang sudah busuk.

David Dai, penduduk yang tinggal di pinggiran Wuhan memperkirakan ada lebih dari sepertiga makanan yang harus dibuang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI