Suara.com - Seorang remaja menghabisi nyawanya dengan melompat dari tangga sekolah, setelah menerima telepon dari temannya. Tragedi nahas tersebut menimpa George Brankov (15), di UTC Media City College di Salford.
Petugas Polisi Julieann Hyde dalam penyelidikan menyatakan, bahwa George terlihat menyendiri dan bertelepon dengan temannya sebelum kejadian tersebut. Seorang resepsionis sekolah juga mendengar, Geoge berkata: "Satu-satunya orang yang mengaku mencintaiku adalah ibuku, ayah, pacar, dan kamu" lewat telepon.
"Dia memberi tahu temannya bahwa dia akan melakukan sesuatu tetapi temannya berpikir dia tidak serius," kata Hyde lagi.
Dalam panggilan telepon itu, teman George terdengar mencoba meyakinkannya untuk tidak berbuat macam-macam, namun George kemudian meletakkan ponselnya dan melompat dari ketinggian.
Baca Juga: Jadi Juara Baru Kelas Berat, Tyson Fury Dapat Hadiah Tak Terduga dari Istri
Teman yang ditelfon oleh George kemudian memberi tahu polisi bahwa itu bukan pertama kalinya George mengatakan akan bunuh diri. Para guru juga mengatakan bahwa pada hari itu George tampak gelisah, bahkan ia menggunakan ponselnya di ruang kelas.
Menurut pengadilan setempat, George sebelumnya melakukan konseling karena kecemasan melalui Layanan Kesehatan Mental Anak Remaja (CAMHS) pada tahun 2014 dan 2016, kemudian berhenti pada tahun 2019.
Beberapa minggu sebelum kematiannya, ia pergi ke dokter umum untuk membuat janji karena ia merasa 'cukup sedih'. Ibunya Tania Brankov mengatakan kepada pengadilan: "Beberapa minggu sebelum itu terjadi, dia mengatakan kepada ayahnya bahwa dia tidak merasakan dirinya sendiri."
Pada Mei tahun 2019, di depan dokter umum, ia berbicara kepada orang tuanya tentang memikirkan bunuh diri, dan ia menimbun parasetamol.
Dia mengatakan telah memikirkan metode lain, seperti melompat dari ketinggian, tetapi dia 'takut gagal' dan 'malu orang melihatnya'.
Baca Juga: Jokowi Minta Regulasi Pusat Data Segera Dirampungkan
Sebelum peristiwa nahas tersebut, para dokter tidak merujuk George ke rumah sakit karena remaja tersebut telihat baik dan memiliki hubungan yang harmonis dengan keluarganya. Ia juga tidak diberi antidepresan, namun tetap berada di bawah pengawasan dokter.