Suara.com - Pengawas polisi di Uttar Pradesh, Neeraj Jadaun dianggap pahlawan setelah berani menyelamatkan banyak keluarga dalam kekerasan agama di Ibu Kota Delhi.
Dikutip dari BBC, Jadaun mengatakan sedang berpatroli di perbatasan pada saat kerusuhan mulai terjadi, Selasa (25/2/2020). Dia melihat gerombolan 40-50 orang membakar kendaraan ketika salah satu dari mereka melompat ke sebuah rumah dengan membawa bom bensin.
Pada saat itu, Jadaun memutuskan untuk melintasi perbatasan negara bagian ke Delhi dan melanggar peraturan karena melintas perbatasan negara tanpa izin terlebih dahulu.
"Saya memilih untuk menyeberang perbatasan. Saya lari sendirian meski sadar akan bahaya dan fakta bahwa itu melanggar yurisdiksi," Katanya.
Baca Juga: India Dilanda Kerusuhan Rasis, 24 Warga Tewas dan 1 Masjid Dibakar
"Itu adalah 15 detik paling menakutkan dalam hidup saya. Syukurlah, tim mengikuti saya, dan senior saya juga mendukung saya ketika saya memberi tahu mereka," tambah Jadaun.
Menurut Jadaun, keputusannya tersebut cukup berisiko karena perusuh di Delhi memiliki senjata dan mereka jelas kalah jumlah. Meskipun Jadaun beserta timnya melepaskan tembakan, perusuh yang mulanya mundur malah berujung melempari batu.
Aksi Jadaun dianggap terlalu berani jika mempertimbangan risiko yang bisa lebih buruk lagi.
"Situasinya sangat berbahaya. Para perusuh bersenjata lengkap dan mereka tidak mau mendengarkan siapa pun. Saya dapat menggambarkan mereka sebagai haus darah. Mereka melempari polisi dengan batu tetapi Pak Jadaun tidak mundur. Bisa saja polisi ditembak oleh perusuh," ujar reporter harian Hindi Amar Ujala, Richi Kumar.
Jadaun mengatakan para perusuh yang dia lihat telah bersiap untuk membakar area tersebut; "Daerah itu memiliki banyak toko dengan bambu. Api akan menelan seluruh area dan jika itu terjadi, jumlah kematian di Delhi akan jauh lebih tinggi."
Baca Juga: Disambut Meriah Warga India, Presiden Trump Bicara Soal Dagang dan Senjata
"Saya bukan pahlawan. Saya telah bersumpah untuk melindungi orang India dalam bahaya. Saya hanya melakukan tugas saya karena saya tidak mau membiarkan orang mati di bawah pengawasan saya. Kami berada dalam posisi untuk harus campur tangan," kata Jadaun.