Saat Ikut Acara Pramuka, Fadli Zon Ngaku Pernah Nyaris Meninggal

Kamis, 27 Februari 2020 | 11:03 WIB
Saat Ikut Acara Pramuka, Fadli Zon Ngaku Pernah Nyaris Meninggal
Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon. (Suara.com/Novian).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Anggota DPR RI Fraksi Gerindra Fadli Zon ikut prihatin dengan insiden tewasnya 10 pelajar SMP Negeri 1 Turi saat kegiatan Pramuka. Fadli mengaku ia juga pernah mengalami kecelakaan ketika Pramuka.

Hal itu disampaikan oleh Fadli melalui akun Twitter miliknya @fadlizon. Fadli Zon mengaku kecelakaan tersebut hampir saja merenggut nyawanya.

"Saya pernah kecelakaan hampir meninggal acara Pramuka kelas 2 SMP," kata Fadli seperti dikutip Suara.com, Kamis (27/2/2020).

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra itu tak merinci kejadian kecelakaan yang menimpanya kala itu. Meski demikian, akibat peristiwa tersebut, sang guru diberhentikan dari sekolah.

Meski demikian, ia mengaku merasa iba dengan sang guru. Hingga kini ia tak pernah bertemu lagi dengan sang guru.

"Guru saya itu diberhentikan, hingga kini tak pernah ketemu. Saya kasihan," ungkapnya.

Dalam cuitannya, Fadli menyoroti perlakuan polisi yang menggunduli tiga guru tersangka insiden susur sungai. Menurutnya hal tersebut berlebihan.

Fadli meyakini, para guru tersebut tidak dengan sengaja hendak melukai para siswanya. Insiden susur sungai berujung petaka tersebut murni kecerobohan para pembina.

"Perlakuan membotaki guru jelas salah. Kenapa harus berlebihan. Hukum yang wajar sesuai aturan," tegasnya.

Baca Juga: Naik Rp 5.000, Harga Jual Emas Antam Dibanderol Rp 813.000 Per Gram

Fadli Zon mengaku pernah kecelakaan nyaris meninggal saat ikut Pramuka (Twitter/fadlizon)
Fadli Zon mengaku pernah kecelakaan nyaris meninggal saat ikut Pramuka (Twitter/fadlizon)

Guru Digundul Tuai Kecaman

Gelar perkara yang menghadirkan tiga guru tersangka kasus tewasnya 10 siswi SMPN 1 Turi berbuntut panjang. Penampakan para guru dalam keadaan gundul mendapat kecaman dari Persatuan Guru Republik Indonesia.

Melalui kicaunnya di jejaring Twitter, mereka mempertanyakan soal prosedur tersangka yang kepalanya digunduli.

"Kegiatan bersifat outdoor di tengah cuaca seperti ini tidak dapat dibenarkan. Kesalahan apalagi kehilangan nyawa anak-anak tercinta wajib diproses. Semua sama di depan hukum, Memperlakukan guru dibotakin, digiring di jalanan sudah kah sesuai SOP? Yuk sama-sama teduh hati," bunyi kicauan dari akun twitter pengurus besar PGRI tersebut.

Pengakuan Guru: Inisiatif Sendiri

Di tengah ramainya perdebatan hingga penyelidikan dari Polda DIY, salah satu tersangka yakni IYA meminta agar kegaduhan tersebut dihentikan. Sebab, tindakan menggunduli rambut tersebut justru datang dari insiatif para tersangka.

"Ini atas inisiatif kami sendiri bukan dari polisi, kami ingin merasa sama dengan tahanan lainnya. Kalau gundul gini kan tidak terlalu mengundang perhatian dari tahanan lain. Kami merasa jauh lebih aman jika sama dengan tahanan lain, baju kami juga minta diseragamkan dengan tahanan lain supaya bisa membaur," jelasnya, Rabu (26/2/2020) sore seperti dilansir dari harianjogja.com -- Jaringan Suara.com.

Sementara itu tersangka lainnya, R juga kembali menegaskan bahwa penampilannya yang gundul murni atas keinginan sendiri tidak ada paksaan atau tekanan dari siapapun.

Ia pun tak mempermasalahkan dengan penampilan yang ada saat ini.

"Kami tidak masalah digundul termasuk pakaian kami juga disamakan dengan tahanan lainnya. Kalau di dalam sama dan gundul semua kan yang di luar sana tidak begitu mengenali kami," tambahnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI