Jakarta Banjir, di Mana Salah Anies? Sutiyoso: Mengapa Mau Jadi Gubernur?

Rabu, 26 Februari 2020 | 20:40 WIB
Jakarta Banjir, di Mana Salah Anies? Sutiyoso: Mengapa Mau Jadi Gubernur?
Sutiyoso di ILC TV One (Screenshot YouTube Indonesia Lawyers Club)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso membongkar letak kesalahan Anies Baswedan dalam menyikapi persoalan bencana banjir di ibu kota. Menurutnya, kesalahan Anies ketika dirinya bersedia menjadi Gubernur Jakarta.

Sutiyoso mengatakan bahwa pernyataannya tidak bermuatan politik. Namun, ia mengakui persoalan banjir Jakarta memang lekat dengan nuansa politis.

Hal ini disampaikan Sutiyoso dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) bertajuk "Jakarta Dirundung Banjir: Salahkah Anies", yang tayang di TV One pada Selasa (25/2/2020) malam.

"Selama ini saya amati, memang ada nuansa politis di dalamnya, oleh karena itu, sekali lagi saya di sini tidak ada kepentingan politik, saya ngomong yang fair aja seperti itu," ucap Bang Yos, sapaan Sutiyoso.

Baca Juga: Menteri PUPR: Proyek Kereta Cepat Salah Satu Penyebab Banjir di Bekasi

Gubernur Jakarta periode 1997–2007 ini mengakui dulu dirinya selalu disalahkan ketika musim penghujan datang dan banjir melanda ibu kota.

"Sepuluh tahun aku 'digebuk' saat musim hujan, ya saya nikmati saja," ujarnya.

Sutiyoso melanjutkan, "Kalau misalnya ditanya: 'Di mana salah Anies?'. Jawaban saya: 'Mengapa mau jadi gubernur DKI'. Itu salahnya kan?"

Perkataan ini membuat pembawa acara Karni Ilyas tertawa dan disambut dengan tepuk tangan penonton.

Sutiyoso di ILC TV One (Screenshot YouTube Indonesia Lawyers Club)
Sutiyoso di ILC TV One (Screenshot YouTube Indonesia Lawyers Club)

Bagi Sutiyoso, tidak mungkin menyelesaikan banjir Jakarta hanya di hilir saja. Perlu upaya dari pemerintah pusat untuk serius membuat tampungan air di hulu.

Baca Juga: Banjir 2 Meter, Warga Kompleks Nasio Pilih Tetap Bertahan di Lantai 2 Rumah

Salah satu caranya adalah dengan membangun waduk-waduk raksasa. Sutiyoso berpendapat harusnya pemerintah pusat dapat membangun empat waduk di kawasan hulu sungai atau puncak.

Selain itu, ia juga meminta masyarakat untuk tidak gaduh dalam menanggapi banjir Jakarta.

Sutiyoso mengatakan, "Yang penting sekarang, sudahlah kita enggak usah ribut. Mari kita memobilisir kekuatan yang ada untuk evakuasi korban banjir secara layak".

"Jadi kalau kita hanya tuding-menuding saja, ngomel-ngomel begitu, ya korban makin akan menjerit-jerit," imbuhnya.

Saran Sutiyoso untuk mengatasi banjir Jakarta

Sebuah bajaj menerobos banjir di Jalan Letjen Suprapto, Jakarta Pusat, Sabtu (8/2/2020). [Antara/Sigid Kurniawan]
Sebuah bajaj menerobos banjir di Jalan Letjen Suprapto, Jakarta Pusat, Sabtu (8/2/2020). [Antara/Sigid Kurniawan]

Dalam kesempatan itu, Sutiyoso menjabarkan beberapa hal terkait upaya-upaya pencegahan banjir di Jakarta.

Ketika memimpin Jakarta, Sutiyoso sempat studi banding ke Belanda hingga mendatangkan ahli dari negara tersebut untuk mengatasi banjir di ibu kota.

Ia juga menyebutkan beberapa hal yang perlu dilakukan pemerintah Jakarta dan pusat untuk mengatasi banjir.

1. Normalisasi Sungai

Guna mengatasi luapan air dari 13 sungai yang melintasi Jakarta, diperlukan upaya normalisasi, menurut Sutiyoso.

"Harus ada penyelesaian di hilir (Jakarta) dan hulu. Prioritas dilakukan di hilir itu adalah bagaimana normalisasi sungai itu tadi," ujarnya.

Bang Yos mengatakan pemerintah sekarang harusnya melebarkan kembali sungai. Sehingga mau tidak mau gubernur memiliki tugas sulit untuk memindahkan warga yang tinggal di sepanjang sungai.

"Enggak apa, pasti ada perlawanan, LSM masuk provokasi segala macam, tetap ini harus kita lakukan dengan cara yang bijaksana. Siapkan dulu rumah susun," kata Sutiyoso.

Ia menambahkan, "Selalu ada efek politisnya, yaitu menggusur, padahal kampanyenya tidak akan menggusur. Sebenarnya jelaskan saja, kenapa warga harus dipindahkan".

2. Pekerjaan gorong-gorong

Menurut Sutiyoso, upaya pembersihan gorong-gorong dan drainase juga perlu terus diperhatikan. Namun ia yakin soal drainase ini tidak ada masalah yang mendesak.

3. Budayakan membuat resapan air.

"Perintahkan saja, setiap rumah, kantor, mall, semua harus bikin untuk mengurangi debit air," kata Sutiyoso. Hal ini diyakininya dapat membantu resapan air ke tanah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI