Suara.com - Banjir yang melanda Jakarta sejak Selasa pagi (25/2/2020) turut membuat gerai bisnis Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Jokowi, terpaksa tutup.
Karyawan yang bekerja di gerai makanan tersebut bahkan memilih untuk bermain air daripada berjualan. Air yang cukup tinggi memaksa Kaesang dan karyawannya unuk meliburkan diri.
Melalui akun Twitter miliknya, Kaesang merekam kegiatan salah satu karyawannya yang sedang bermain kapal-kapalan menggunakan galon dan kontainer plastik yang diduga merupakan peralatan usahanya.
"Crew outlet saya gak bisa jualan malah maen-maen." cuit Kaesang.
Baca Juga: Cara Lucu Kaesang Sindir Sunda Empire, Jadi Sorotan Warganet
Kaesang menambahkan bahwa kejadian tersebut terjadi persis di depan kantornya, "Ini didepan kantor saya".
Ia juga sempat curhat bahwa hari ini kantornya sepi. Putra bungsu Presiden Jokowi ini pun memilih untuk bermain game di kantornya.
Postingan-postingan Kaesang ini membuat para pengikutnya mengusulkan menu dan fasilitas baru untuk bisnis Kaesang.
"Semoga kedepan bisa dibuatkan konsep floating outlet utk smua produk sang..Pisang" komentar @mielkyadwi
"Marahin! SangPisang juga harusnya menyediakan Banana Boat dongg. Banana." tulis @KuntilananK
Baca Juga: Catut Nama Jokowi, Kaesang dan AHY buat Jualan Online, Mirza Jadi Tersangka
Selain itu, ada pula yang memperingatkan Kaesang terhadap kebijakan yang dibuat pemerintah yang secara spesifik tertuju pada ranah ayah Kaesang.
"Kan bapak anda bilang kalau jadi presiden Indonesia gampang menyelesaikan banjir & macet Jakarta. Mungkin sudah saat nya anda bantu tagih ke beliau. Mungkin kl anak nya sudah bicara, beliau mau bertindak. Mungkin loh yaaa, nama nya juga usaha." komentar @just_oci
"Bahagia itu sederhana. Akibat banjir yg (katanya) membawa berkah..
Duit masih banyak, gak jualan beberapa hari juga gak begitu masalah yah Bro.. Beda sama pedagang kecil, sehari gak ada pemasukan, bisa oleng kapten.. Ayoo dong Bro, Bapak suruh galak ke #Gubernur" tambah @sangamei.
Banjir tak hanya melumpuhkan bisnis dan usaha warga, tetapi juga telah melumpuhkan hampir seluruh lalu lintas dan kegiatan penduduk Jakarta.