Suara.com - Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad secara mendadak mengirimkan surat pengunduran diri, Senin (24/2/2012).
Dikutip dari The Straits Times, pengunduruan diri ini diduga sebagai upaya menggagalkan Anwar Ibrahim yang sejak lama digadang-gadang bakal menjadi pengganti Mahathir sebelum pemilu 2023.
Namun, yang mengejutkan adalah, terdaoat dugaan bakal ada deklarasi dukungan agar Mahathir melanjutkan posisinya sebagai Perdana Menteri Malaysia hingga akhir masa jabatan.
“Raja Yang Dipertuan Agung akan menolak pengunduran diri dengan mengatakan bahwa Mahathir mendapat dukungan penuh dari mayoritas parlemen,” ujar salah seorang sumber terpercaya seperti dikutip dari The Straits Times.
Baca Juga: Wan Azizah Diklaim sebagai Wanita Pertama Jadi Perdana Menteri Malaysia
Hingga kekinian, belum ada kepastian apakah Raja Yang Dipertuan Agung Malaysia, Tengku Abdullah menerima atau menolak pengunduran diri Mahathir.
Sang raja dijadwalkan bertemu dengan Anwar Ibrahim hari ini, Senin (24/02/2020) pada pukul 02.30 waktu setempat.
Dikutip dari Reuters, terdapat informasi yang mengklaim ada upaya pembentukan koalisi baru untuk memerintah Malaysia.
Mahathir, 94 tahun, berhasil menduduki jabatan sebagai Perdana Menteri Malaysia untuk kali kedua pada Mei 2018.
Itu setelah koalisi partai Pakatan Harapan (PH) yang mengusungnya, berhasil mengalahkan koalisi Barisan Nasional yang dimotori UMNO.
Menurut perjanjian transisi PH, Anwar Ibrahim, ketua Partai Keadila Rakyat (PKR) seharusnya menggantikan posisi Mahathir sebelum pemilu tahun 2023.
Namun, Mahathir mengumumkan hari ini bahwa ia bersama Partai Pribumi Bersatu Malaysia (PPBM) telah mengundurkan diri dari koalisi PH.
Tak hanya itu, sebelas anggota parlemen dari PKR juga telah keluar dari partai untuk membentuk blok independen.
Ini membuat PH kehilangan suara mayoritas di parlemen sehingga bisa dikatakan pemerintahan saat ini telah jatuh.