Suara.com - Terdapat tanda-tanda akan terjadi banjir bandang meskipun di daerah hilir sungai cerah atau tidak hujan.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau kepada seluruh warga masyarakat agar tetap mewaspada potensi kejadian cuaca ekstrem, yang meliputi hujan lebat disertai kilat petir dan angin kencang, ataupun hujan dengan durasi yang panjang, karena dapat berdampak terjadinya longsor, banjir dan banjir bandang.
Reni Kraningtyas selaku Kepala Stasiun Klimatologi Sleman Yogyakarta mengatakan bahwa cuaca ekstrem tersebut dipicu oleh pertumbuhan awan-awan konvektif (awan cumulonimbus) secara intensif.
"Kejadian banjir bandang umumnya dipicu oleh hujan dengan intensitas lebat atau hujan berdurasi panjang, yang terjadi di hulu sungai," katanya dalam rilis seperti dikutip dari Harianjogja -- Jaringan SuaraJogja.id, Sabtu (22/02).
Baca Juga: Pakar UGM soal SMPN 1 Turi: Susur Sungai Bukan Nyemplung, Tapi di Pinggir
Adapun tanda-tanda kejadian banjir bandang ini antara lain terlihatnya awan hitam tebal ke arah hulu sungai, meskipun cuaca di daerah hilir sungai cerah atau tidak hujan.
BACA JUGA: Alami Trauma, Korban Selamat Susur Sungai SMP 1 Turi Tak Mau Makan
BMKG juga menyampaikan bahwa bulan Februari ini diprediksi masih merupakan puncak musim hujan dan cuaca ekstrem. Hal tersebut diperkirakan akan terjadi sampai bulan Maret 2020.
Basarnas Yogyakarta mengatakan peristiwa hanyutnya siswa SMPN 1 Turi, Jumat (21/2), tidak didahului tanda-tanda hujan dan air meluap secara tiba-tiba
Sebelumnya diberitakan, siswa SMPN 1 Turi hanyut karena Sungai Sempor meluap tiba-tiba.
Baca Juga: Tragedi Siswa SMPN 1 Turi Hanyut Jadi Sorotan Media Asing
Basarnas DIY Wahyu Effendi mengatakan Sungai Sempor meluap tiba-tiba sehingga menghanyutkan siswa SMPN 1 Turi Sleman, DI Yogyakarta, ketika melakukan kegiatan pramuka susur sungai.