Suara.com - Subdit 1 Dittipidsiber Bareskrim Polri bersama The US Immigration and Customs Enforcement (US ICE) telah meringkus pelatih Pramuka berinisial PS (44), predator seksual penyuka sesama jenis yang kerap mengincar anak laki-laki di sekolah.
Karopenmas Mabes Polri Brigjen Argo Yuwono mengatakan, tersangka yang juga bekerja sebagai penjaga sekolah ditangkap pada Rabu (12/2/2020), pekan lalu.
"Keseharian tersangka yang berada di lingkungan sekolah sebagai pelatih pramuka, pelatih pelajaran ekstrakulikuler beladiri dan penjaga sekolah," kata Argo di Mabes Polri, Jumat (21/2/2020).
Argo menjelaskan PS melakukan aksinya karena juga pernah menjadi korban kekerasan seksual (dicabuli dan disodomi) sejak usia 5 - 8 tahun oleh pamannya yang saat ini telah meninggal dunia.
Baca Juga: Misteri Bayi Tanpa Kepala di Saluran Got, Ternyata Dibunuh Pelaku Sodomi
Trauma itu kemudian membawa dirinya ikut menjadi predator seks anak laki-laki sebagai sarana pemuas nafsu untuk dicabuli dan disodomi di lingkungan sekolah.
"Tersangka sudah melakukannya kepada 7 anak korban yang berumur 6-15 tahun dan menjadi korban selama 3-8 tahun," jelasnya.
Bahkan, Argo menyebut saat melakukan aksi penyimpangan seksual, PS merekamnya dalam bentuk foto dan video dan disebarkan di sebuah grup paedofil Twitter. Menurut Argo, ratusan member di grup tersebut bisa bertukar koleksi terkait konten pelecehan seksual yang korbannya adalah anak laki-laki.
"Diupload ke media sosial Twitter dengan nama akun @PelXXX dan @KonXXX yg berisi komunitas paedofil sekitar 350 akun," kata dia.
Dari tersangka, polisi mengamankan sejumlah barang bukti diantaranya 1 buah handphone, 2 simcard, 1 buah memory HP, 1 buah celana pendek warna hitam, 1 buah kaos dalam laki-laki warna putih, 1 buah botol bekas minuman merek orang tua, 2 buah gelang tangan berbahan kayu.
Baca Juga: Beri Uang Tutup Mulut Rp 50 Ribu, Juragan Buah Kerap Sodomi Kuli di Gudang
Dalam kasus ini, PS dijerat dengan pasal berlapis dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara. Pasal yang disangkakan di antaranya, Pasal 82 ayat (1) Jo Pasal 76E dan/atau Pasal 88 Jo Pasal 76I UU RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dan/atau Pasal 29 Jo Pasal 4 ayat (1) Jo Pasal 37 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi dan/atau Pasal 45 ayat (1) Jo Pasal 27 ayat (1) UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang ITE.