"Jadi, siapa yang fasik di sini? Mohon maaf. Hati-hati pakai ayat. Jadi kalau di sini siapa yang fasik?" kata Zaitun dengan tegas sambil menggebrak meja.
Ucapan Zaitun ini membuat Ngabalin berkomentar. Ia meminta Sekjen MUI menjelaskan siapa yang menurutnya sebagai orang fasik.
Zaitun berbicara, "Tahu tidak asbabun nuzul-nya (sebab-sebab turunnya) ayat itu? Ini masalahnya. Asbabun nuzul-nya ayat itu ada petugas zakat yang dikirim untuk mengambil zakat, tapi dia kemudian bermalas-malasan, datang lapor kepada khalifah, mereka tidak mau bayar zakat, itu yang fasik. Kalau orang memberitakan berita benar mana bisa dikatakan fasik".
"Jadi, kita ini jangan sembarangan pakai dalil. Hati-hati MUI, Muhammadiyah, NU, siapa lagi yang mau kita hargai. Kalau itu tidak sesuai dengan kepentingan kita, kita katakan fasik. Hati-hati ini ulama besar. Kalau anda berani besok kita undang," imbuhnya.
Baca Juga: Karen Idol Menjauh dari Lokasi Autopsi Anaknya, Tak Sanggup Melihat?
Ngabalin langsung menyahut, "Insya Allah saya siap. Kapan dan dimana saya siap. Eh, jangan main nantang-nantang begitu."
"Mana mungkin MUI, Muhammadiyah, dan NU tiba-tiba dikatakan tidak tabayyun," balas Zaitun.
Keduanya saling melontarkan argumen masing-masing. Sehingga membuat pembawa acara Karni Ilyas menengahi.
Ngabalin bersikeras bahwa dirinya tidak menyebut MUI, Muhammadiyah, dan NU salah dalam menanggapi ucapan Kepala BPIP.
"Dalil yang mau dipakai soal tabbayun apakah sudah baca penggunaan dalil ini? Tidak semua harus tabbayun," kata Zaitun yang kemudian menjelaskan riwayat pemakaian dalil tersebut.
Baca Juga: Terapi Emsculpt Ashraf Sinclair Bahaya untuk Jantung? Ini Penjelasan Dokter
Ia menjelaskan bahwa MUI telah melalui rapat dalam membahas pernyataan Yudian tersebut. Semua anggota MUI, menurut Zaitun, sepakat bahwa pernyataan Yudian bahwa "Agama adalah musuh Pancasila" keliru.