Suara.com - Arianto Surojo, perwakilan tim Aju dari KBRI Beijing, China yang mengawal WNI di Wuhan bercerita perjalanan "Tim Lima" dari Beijing menuju Kota Wuhan di Provinsi Hubei dalam misi kemanusiaan evakuasi 238 WNI dari area episentrum virus corona COVID-19 pada awal Februari 2020 lalu.
Arianto mengatakan sebelum ada keputusan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk evakuasi, mereka sudah terlebih dahulu mengirim satu orang petugas Protokol dan Kekonsuleran KBRI Beijing, Lambang Andri Prabawa untuk membangun posko di Kota Changsha, Provinsi Hunan atau 354 kilometer dari Wuhan.
Jarak itu menurut Arianto merupakan jarak aman mengingat Provinsi Hubei sendiri sudah diisolasi sejak 23 Januari 2020.
"Kami tidak bisa masuk ke Wuhan langsung. Jadi tim memutuskan untuk kirim dulu satu orang yang advance, untuk buka posko di Changsha, karena kita harus masuk melewati Changsha yang berada di Provinsi Hunan," kata Arianto di Kemenlu, Jakarta Pusat, Selasa (18/2/2020).
Baca Juga: Jika Sudah Ditemukan, BPOM Akan Percepat Izin Edar Vaksin Corona Covid-19
Arianto kemudian menggambarkan suasana Provinsi Hubei saat itu benar-benar terisolasi sehingga tidak ada aktivitas masyarakat yang terlihat di jalanan, kecuali petugas otoritas setempat.
"Lockdown itu ternyata benar-benar lockdown, jadi setiap area itu ada blok-blok, jadi mahasiswa tidak boleh keluar kampus, terus satu kota ke kabupaten lain juga tidak boleh dilewati," ungkapnya.
Kemudian pada 31 Januari 2020, Jokowi akhirnya menginstruksikan Kementerian Luar Negeri untuk melakukan evakuasi bersama TNI, Kementerian Kesehatan, Kementerian Perhubungan dan maskapai Batik Air.
Instruksi itu langsung sampai ke KBRI Beijing, Arianto bersama dua orang dari Protokol dan Kekonsuleran KBRI Beijing, Budi Atyasa dan Victory Trimulia Gani langsung terbang menyusul Lambang Andri Prabawa ke posko di Kota Changsha.
Mereka terbang dengan pesawat yang dikemudikan pilot dari Atase TNI Angkatan Udara di Kedutaan Besar RI di Beijing, Kolonel (Penerbang) Eko Adi Nugroho dan mendarat di Bandara Internasional Huanghua di Kota Changsha.
Baca Juga: Bahas Virus Corona, Menlu Se-ASEAN akan Berkumpul di Laos
"31 Januari Bapak Presiden menginstruksikan evakuasi, sudah langsung berangkat ke Changsha, tanggal 31 pagi hari sampai jam 10 pagi," ucapnya.
Tak sempat beristirahat lama, tim yang disebut "Tim Lima" ini langsung bergerak menuju Wuhan, Hubei.
Rencana awal mereka akan masuk ke Wuhan dari Provinsi Hunan dengan menggunakan mobil, namun sesampainya di pintu perbatasan Hubei ternyata mereka harus berganti mobil dengan alasan keamanan.
"Di situ kami bernegosiasi lalu ternyata kami tidak bisa menggunakan mobil dari provinsi Hunan masuk ke Wuhan. Jadi kita harus ke perbatasan saja, sampai perbatasan kita ada check poin kita harus pindah mobil, naik mobil dari provinsi Hubei ke kota Wuhan sekitar 5 jam," terangnya.
Sesampainya di Wuhan, mereka yang sudah berkoordinasi dengan setiap ranting kelompok mahasiswa di Wuhan sudah diinstruksikan untuk berkumpul di Bandara Internasional Tianhe Wuhan pada tanggal 1 Februari, sore.
"Kita tetapkan pada tanggal 1 itu sore hari harus kumpul semua di Bandara, karena persiapan untuk berangkat malam harinya," lanjut Arianto.
Tim Lima mengaku sedikit kewalahan sebab ratusan WNI tersebut tersebar di 9 kota di Provinsi Hubei sehingga saling tunggu-menunggu di bandara.
"Tantangan terberat adalah mahasiswa kita tersebar tidak hanya di kota Wuhan, di Wuhan ada 100-an mahasiswa, lainnya ada di 9 titik," lanjutnya.
Sementara tim evakuasi lain terus berkoordinasi dengan otoritas China untuk memberi lampu hijau agar pesawat Pesawat Batik Air Airbus 330-300 yang digunakan untuk evakuasi tetap bisa mendapatkan izin pendaratan.
Akhirnya, pesawat yang dikemudikan oleh Pilot Kapten Destyo Usodo itu sukses mendarat di Bandara Internasional Tianhe Wuhan sekitar pukul 18.00 waktu setempat.
Di dalam pesawat itu sudah terdapat 18 kru Batik Air, 3 perwakilan Kemenkes, 3 perwakilan Kemenlu, 8 perwakilan tim Kesehatan TNI, dan 10 anggota pengamanan TNI yang sudah bersiap menjemput 238 WNI bersama 5 orang Tim Lima.
Mereka kemudian bisa kembali pulang ke Indonesia sekitar pukul 03.00 dini hari waktu setempat dan mendarat di Bandara Hang Nadim, Batam, Minggu (2/2/2020) sekitar pukul 08.30 WIB.