Radioaktif Serpong, Bapeten: Bukan Kecelakaan Nuklir seperti Fukushima

Selasa, 18 Februari 2020 | 21:38 WIB
Radioaktif Serpong, Bapeten: Bukan Kecelakaan Nuklir seperti Fukushima
Tim Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) bersama Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) dan Tim Teknis Kimia Biologi Radioaktif (TKBR) Gegana Brimob Mabes Polri melakukan Dekontaminasi terhadap temuan paparan tinggi radioaktif di Perumahan Batan Indah, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Minggu (15/2/2020). [Antara/Muhammad Iqbal]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Badan Pengawas Tenaga Nuklir menyebutkan, paparan zat radioaktif di sekitar Perumahan Batan Indah, Tangerang Selatan, Banten, bukan sebuah kecelakaan nuklir.

Dengan demikian, Bapeten menegaskan temuan itu tidak akan berdampak seperti tragedi Chernobyl era Uni Soviet ataupun Fukushima Jepang.

Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Komunikasi Publik Bapeten, Indra Gunawan mengatakan, yang ditemukan oleh pihaknya di lokasi tersebut adalah limbah radioaktif.

"Jadi bukan kecelakaan nuklir, bukan kedaruratan nuklir. Jadi jauh sekali dari kecelakaan Chernobyl dan Fukushima. Itu jauh sekali skalanya," kata Indra di Gedung BPPT, Jalan MH. Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (18/2/2020).

Baca Juga: Ada Radioaktif Dekat Pemukiman, Wali Kota Tangsel Tak Akan Evakuasi Warga

Untuk diketahui, peristiwa kecelakaan nuklir di Fukushima itu terjadi pada 2011. Terdapat tiga kali ledakan reaktor nuklir sehingga memicu gempa.

Sedangkan, peristiwa Chernobyl terjadi saat kecelakaan reaktor nomor empat di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Uni Soviet.

Indra meyakini, paparan radioaktif di Tangsel tidak sama dengan dua kecelakaan hebat nuklir di dunia itu.

Bapeten, kata dia, menempatkan sembilan detektor di komplek Batan, Serpong. Kalau ada kebocoran pada reaktor, maka detektor itu akan memberikan peringatan.

"Pada saat itu tak tercatat," ujarnya.

Baca Juga: Sembilan Warga Diperiksa Pasca Temuan Zat Radioaktif di Tangsel

Indra menuturkan, ketika awal-awal limbah radioaktif itu ditemukan, Bapeten menemukan tingkat radiasi yang cukup tinggi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI