“sStu ons tembakau itu biasanya cukup untuk dua minggu,” ungkapnya.
Tak Mau Berharap Bantuan Pemerintah
Meski serba kekuarangan, ia tak mau meminta-minta. Ia selalu memegang teguh prinsipnya; Hidup menerima apa adanya. Prinsip itu adalah falsafah hidup orang Jawa yang diimplementasikan dari laku kehidupannya sehari-hari hingga diusia senjanya seperti saat ini.
Martoyo selalu bersyukur dengan diberi kesehatan dan umur panjang oleh Tuhan yang maha kuasa. Pantang baginya untuk mengemis kepada orang lain, selagi masih bertenaga dan masih bisa berusaha.
Baca Juga: Kemensos Siap Capai Target Penurunan Angka Kemiskinan hingga 7 Persen
“Hidup itu terima saja apa adanya, kalau ada alhamdulillah, kalau nggak ada ya berusaha. Kalau nggak bisa usaha ya mau bagaimana lagi. Hidup ini nerimo, menerima apa adanya,” tuturnya.
Kendati memiliki KTP sebagai warga Sunter Jaya, Jakarta Utara, Martoyo tak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah. Bahkan ia tak mendapatkan bantuan layanan kesehatan dari pemerintah, seperti Kartu Indonesia Sehat (KIS) maupun bantuan lainnya.
“Nggak ngurus saya (KIS dan bantuan lainnya),” kata dia.
Jika sakit, ia tak pernah berobat ke rumah sakit atau puskesmas karena tak ada uang. Bila jatuh sakit, ia hanya membawa tidur dan istirahat.
“Kalau sakit ya bawa tidur saja. Hidup yang berkah saja lah. Kuncinya yang penting pikiran tenang, pikiran bebas saja. Tak perlu resah,” ucap dia.
Baca Juga: Presiden Apresiasi Kemensos Turunkan Angka Kemiskinan
Martoyo mengaku punya niat untuk pulang ke kampung halamannya di Gunungkidul. Namun dia tak punya uang untuk ongkos pulang kampung. Jika nanti sudah punya uang, ia akan pulang ke kampung halamannya.