Kemewahan Hidup Kakek Martoyo Menikmati Senja di Tepi Danau Sunter

Selasa, 18 Februari 2020 | 07:10 WIB
Kemewahan Hidup Kakek Martoyo Menikmati Senja di Tepi Danau Sunter
Martoyo penghuni istana sederhana di pinggir Danau Sunter. [Suara.com/Erick Tanjung]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Namun kakek 77 tahun ini ragu untuk merenovasi gubuknya, khawatir nanti digusur oleh Satpol PP. Mengingat kawasan itu sedang tahap renovasi oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Gubuk itu terletak di tepi Danau Sunter, Jakarta Utara. Di sepanjang tepi danau tampak orang-orang duduk memancing.

Martoyo saat menjamu tamu di gubuk reotnya. [Suara.com/Erick Tanjung]
Martoyo saat menjamu tamu di gubuk reotnya. [Suara.com/Erick Tanjung]

Sebuah pemandangan yang sangat kontras, menggambarkan bagaimana ketimpangan hidup warga Ibu Kota. Gubuk Martoyo halaman depannya danau.

Sementara itu di seberang danau berdiri kokoh rumah-rumah megah, komplek Agung Podomoro dan apartemen mewah. Sedangkan di belakang gubuk adalah dealer mobil Astra Daihatsu. Di sekitar kawasan itu perumahan elite.

Baca Juga: Kemensos Siap Capai Target Penurunan Angka Kemiskinan hingga 7 Persen

Martoyo hidup sebatang kara di gubuk reyot itu. Depan pintu gubuknya parkir sebuah sepeda dengan kondisi roda depan kempes. Di halamannya ada kadang ayam berukuran kecil untuk tiga ekor ayam. Di samping kandang itu teronggok tumpukan karung berisi botol botol plastik bekas air mineral, hasil memulung.

Sekeliling gubuk tampak beragam tanaman, ada pohon pisang, singkong, ubi dan rumput ilalang yang tumbuh liar menjulang ke langit.

Lelaki asal Gunungkidul, Yogyakarta ini mengaku sudah sekitar 22 tahun tinggal di gubuk tepi Danau Sunter. Dia hanya mengingat, kali pertama mendirikan gubuk untuk tempat tinggal itu dimulai sejak almarhum BJ Habibie menjabat sebagai orang nomor satu republik ini.

“Ya, sejak Pak Habibie itu lah,” ujarnya.

Martoyo memiliki satu anak perempuan dan lima cucu yang kini tinggal di Pemalang, Jawa Tengah. Ia punya istri, namun telah lama meninggalkannya karena menikah dengan orang lain.

Baca Juga: Presiden Apresiasi Kemensos Turunkan Angka Kemiskinan

Sebagai perantau, dahulunya ia bekerja sebagai tukang bangunan dan kerja serabutan di Jakarta. Semasa masih dengan istri dan anaknya, Martoyo tinggal di rumah sewaan di kawasan Jakarta Utara. Lantaran anaknya sudah berkeluarga dan ikut suami di Pemalang, ia membangun gubuk untuk tempat tinggalnya sendiri di tepi danau.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI