Suara.com - Eks Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah tidak memandang penting hasil survei dari Indo Barometer yang diperoleh Wakil Presiden Maruf Amin.
Dalam survei tersebut, tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Maruf hanya berkisar 49,6 persen.
Angka itu bahkan lebih kecil dibanding dengan hasil survei yang diperoleh Jusuf Kalla saat dirinya masih menjabat sebagai wakil presiden. Tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja JK saat itu ialah 53,3 persen.
Menurut Fahri, hasil survei yang tinggj juga tidak berguna bagi Maruf Amin. Mengingat tugas wakil yang memang hanya sebagai simbol dan berfungsi sebagai pengganti presiden.
Baca Juga: Moeldoko Semangat Bicara Survei Jokowi, Irit Komentar Maruf Amin Jeblok
"Memang Tupoksi pak Wapres itu di dalam demokrasi dalam tradisi kita ya hanya ban serep, dia (Ma'ruf) hanya fungsional kalau difungsikan. Kalau tidak difungsikan dia simbolik aja. Tapi jangan lupa, dia adalah orang yang tidak bisa diganti karena dia dipilih oleh rakyat," kata Fahri di kawasan Gelora Bung Karno, Senin (17/2/2020).
Karena dipilih langsung oleh rakyat, lanjut Fahri, Maruf memiliki kekuatan yang kuat. Untuk itu, Fahri justru menyarankan agar Maruf dapat membawa pesan rekonsiliasi kepada semua pihak seperti apa yang diucapkan Presiden Jokowi.
"Dia kuat sekali dan kekuatannya itu bisa membuat dia punya mainstream karena itu menurut saya, saya mendorong Pak Maruf itu membawa mainstream rekonsiliasi yang sudah dipidatokan Pak Jokowi waktu pelantikan," kata Fahri.
"Jadi Pak Maruf itu harusnya simbol rekonsiliasi, gak usah terlibat terlalu teknis ngurus jalan, ngurus jembatan. Sebab itu melelahkan juga. Lebih baik, dia jaga saja pikiran supaya bangsa ini jangan bertengkar gitu loh," sambungnya.
Selain itu, Fahri juga berharap, dengan posisinya sebagai Wakil Presiden, Maruf Amin dapat memilih dan memainkan peran di jalan yang netral tanpa berpihak ke manapun.
Baca Juga: Istana Wapres Bantah Kepuasan Publik ke Maruf Amin Jeblok: Tidak Penting
Sementara itu, terkait hasil surveinya yang dibandingkan dengan Jusuf Kalla. Fahri Hamzah berpandangan bahwa keduanya memang berbeda. Menurutnya JK lebih bisa memainkan peran sebagai manajemen. Sedangkan Maruf sendiri lebih berperan sebagai simbol partisipasi antara muslim dan pemerintah.