Surat terbuka itu ternyata langsung mendapat respons dari Ganjar. Hal itu tampak dari unggahan di akun Facebook milik Maftuhin, Arif Maftuhin.
Dalam statusnya, Maftuhin mengatakan bahwa ia mendapat telpon dari Ganjar dua kali. Pertama, pukul 24.00 namun tidak diangkat, dan kembali telepon pada Minggu (16/2/2020) pagi.
"Surat terbuka saya untuk Pak Ganjar sudah dibalas. Kontan, hanya selang dua jam dari publikasi, Pak Ganjar nelpon saya. Tetapi saya sudah tidur. Siapa mengira jam 12:00 malam, Pak Gub kersa (berkenan) nelpon. Kemudian tadi pagi menelpon lagi. Lama sekali kami ngobrol. Sampai saya hampir lupa kalau yang nelpon saya itu "Ndoro" Gubernur. Dua jam kemudian, atas perintah beliau juga, Kadisdikbud Jateng menelpon saya. Kami diskusikan apa yang bisa dan perlu dilakukan di Purworejo. Saya bukan warga Jateng, tetapi Jateng itu rumah kedua saya, rumah mertua saya, jadi saya akan nyumbang sebisa saya. Gitu dulu. Besok saya cerita lagi," tulisnya.
Sebelum Maftuhin, aktivis difabel dari Semarang, Yuktiasih Probirini juga menyuarakan penolakannya. Selain menulis status di media sosial dan menandai akun Ganjar Pranowo, dia juga mengirim pesan langsung ke nomor pribadi Ganjar. Lagi-lagi, dia mengunggah komunikasinya dengan Ganjar di media sosial.
"Kami dialog lewat WA, kemudian Mas @ganjar_pranowo menelpon saya. Penugasan yang diberikan kepadaku dan kawan-kawan aktivis advokasi adalah datang ke Purworejo, meneliti dan melakukan advokasi di sana. Koordinasi dengan aktivis disabilitas sudah kulakukan. Insyaallah pekan depan kami bergerak. Untuk apa? Untuk menuju Indonesia lebih baik dan ramah disabilitas. Bismillah," tulisnya.
Baca Juga: Ganjar Pranowo Tolak Rencana Pemulangan Warga Eks ISIS ke Indonesia
Berikut surat terbuka yang ditulis Arif Maftuhin.