Cinta Datang Tak Pernah Tepat Waktu...Cerita WNI yang Dikarantina di Natuna

Reza Gunadha Suara.Com
Minggu, 16 Februari 2020 | 21:34 WIB
Cinta Datang Tak Pernah Tepat Waktu...Cerita WNI yang Dikarantina di Natuna
Warga Negara Indonesia (WNI) yang dievakuasi dari Wuhan, Provinsi Hubei, China berfoto bersama usai menjalani masa observasi di Hanggar Pangkalan Udara TNI AU Raden Sadjad, Ranai, Natuna, Kepulauan Riau, Sabtu (15/2). [ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ratusan WNI dari Wuhan China sudah keluar dari karantina Natuna, Sabtu akhir pekan ini. Ada banyak kisah yang tertinggal di hangar pesawat. Pun ada cinta yang bersemi.

SEBANYAK 285 WNI dari Wuhan China, termasuk mahasiswa-mahasiswi, diplomat, maupun kru pesawat, pulang ke kampung halaman masing-masing setelah dua pekan dikarantina di Natuna, Kepulauan Riau.

Mereka dinyatakan dalam keadaan sehat.

Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabpad) Laksamana Madya TNI Yudo Margono, yang ditugasi memimpin proses observasi hingga pemulangan, mengatakan timnya telah menyerahkan 285 WNI kepada Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendi untuk selanjutnya menyerahkan mereka kepada keluarga masing-masing.

Baca Juga: Diobservasi di Natuna, Ini Aktivitas Mahasiswa Asal Bogor Sehari-hari

"Seluruhnya telah diterbangkan dengan tiga pesawat ke Halim Perdana Kusuma Jakarta," kata Yudo, Sabtu (15/2/2020).

"Seluruhnya dinyatakan sehat dan akan diberikan surat keterangan sehat oleh Kementerian Kesehatan."

Menurut Yudo, para WNI tersebut dibagi ke dalam tiga kelompok berbeda dan terbang dengan dua pesawat Boeing dan satu pesawat Hercules milik TNI Angkatan Udara. Pesawat yang membawa mereka terbang secara bergilir mulai pukul 13.20 WIB hingga pukul 14.00 WIB.

"Selanjutnya seluruh peralatan yang digunakan selama proses observasi akan disemprot disinfektan," kata Yudo.

Sejumlah prajurit TNI bersama masyarakat mengibarkan bendera merah putih saat melepas Warga Negara Indonesia (WNI) yang telah selesai menjalani masa observasi usai dievakuasi dari Wuhan, Provinsi Hubei, China di Hanggar Pangkalan Udara TNI AU Raden Sadjad, Ranai, Natuna, Kepulauan Riau, Sabtu (15/2). [ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja]
Sejumlah prajurit TNI bersama masyarakat mengibarkan bendera merah putih saat melepas Warga Negara Indonesia (WNI) yang telah selesai menjalani masa observasi usai dievakuasi dari Wuhan, Provinsi Hubei, China di Hanggar Pangkalan Udara TNI AU Raden Sadjad, Ranai, Natuna, Kepulauan Riau, Sabtu (15/2). [ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja]

Ribuan kenangan

Baca Juga: Sempat Dikarantina di Natuna, Ini Cerita Warga Sleman Sekembali dari Wuhan

Hanggar Lanud Raden Sadjad di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, menyimpan segudang kenangan bagi 238 warga negara Indonesia yang harus menjalani masa observasi di sana, setibanya mereka dari Kota Wuhan, China.

Bagaimana tidak, mereka yang selama ini tinggal di Wuhan, kemudian bersama-sama selama 14 hari hidup di dalam hanggar. Makan, tidur, belajar, hingga olahraga, semuanya dilakukan bersama-sama.

Hanggar Lanud Raden Sadjad, berbentuk seperti gudang besar. Luasnya hampir sama dengan satu lapangan sepak bola.

Di dalamnya didirikan sekitar lima tenda besar untuk tempat beristirahat WNI dari Wuhan yang harus menjalani masa observasi.

Di sanalah mereka hidup bersama dalam 14 hari terakhir, sebelum akhirnya meninggalkan Natuna, pada Sabtu (15/2).

Sebagian besar WNI yang selama ini tinggal di Wuhan itu adalah mahasiswa dan pelajar, dalam usia belasan hingga awal 20-an.

Tidak heran, mereka mampu mengubah rasa kecemasan menjadi keceriaan, karena dihabiskan bersama teman.

Layaknya remaja, mereka memiliki kreativitas dan cara-cara unik untuk melepaskan rasa jenuh selama berada di lokasi observasi. Menari, satu di antaranya.

Bahkan, mereka menciptakan tarian bersama dengan TNI yang bertugas menjaga lokasi tersebut.

Karena itu ada pula masanya, tim gabungan menantang mereka untuk lomba menari. Hadiahnya? kaus loreng khas TNI.

Warga Negara Indonesia (WNI) yang dievakuasi dari Wuhan, Provinsi Hubei, China berdoa bersama usai menjalani masa observasi di Hanggar Pangkalan Udara TNI AU Raden Sadjad, Ranai, Natuna, Kepulauan Riau, Sabtu (15/2). [ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja]
Warga Negara Indonesia (WNI) yang dievakuasi dari Wuhan, Provinsi Hubei, China berdoa bersama usai menjalani masa observasi di Hanggar Pangkalan Udara TNI AU Raden Sadjad, Ranai, Natuna, Kepulauan Riau, Sabtu (15/2). [ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja]

Tak sungkan dan tanpa malu, mereka memeragakan tarian itu, saat perpisahan, sebelum memasuki pesawat menuju Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Tariannya unik, gabungan dari langkah-langkah TNI yang dipadukan dengan gaya kekinian anak muda. Apalagi digerakkan dengan penuh canda tawa, bahagia.

Cinta lokasi

Meski tampak sangat kompak saat berada di hanggar, sejatinya kebanyakan dari mereka baru saling berkenalan.

Ratusan pelajar yang berkumpul di dalam hanggar itu berasal dari perguruan tinggi yang berbeda-beda. Di Indonesia pun, mereka berasal dari daerah yang berlainan.

Jadi, memang banyak yang baru saling mengenal di Hanggar Raden Sadjad.

Kalau saja tidak dibumbui kengerian virus corona yang oleh WHO kemudian disebut COVID-19, hanggar itu sudah menyerupai acara kemah pelajar antarsekolah. Saling berkenalan, ada waktunya berkumpul, makan, beraktivitas bersama-sama.

Tidak heran juga bila ada yang saling jatuh hati, selama masa karantina.

"Kalau yang cinta lokasi, banyak...," kata Virni, warga Jakarta yang ikut diobservasi.

Virni sendiri sudah seperti "ibunya anak-anak" di hanggar itu. Dia lebih dewasa, karena memang sudah menikah. Di China pun, ia menemani suami yang sedang menempuh pendidikan.

Sebagai "ibunya anak-anak", Virni menjadi tempat curahan hati para WNI dari Wuhan itu, termasuk mereka yang sedang jatuh cinta.

"Namanya juga remaja, bagaimana sih. Kalau makan berdua, ngapa-ngapain berdua," katanya sambil tertawa, diiyakan beberapa mahasiswa di hanggar itu.

Menurut Virni, terdapat beberapa pasangan yang baru saling dekat di hanggar. Sayangnya, ia enggan menunjuk mahasiswa yang sedang jatuh cinta itu.

Sejumlah Warga Negara Indonesia (WNI) yang dievakuasi dari Wuhan, Hubei, China melakukan senam bersama prajurit TNI pada hari kesembilan di Hanggar Pangkalan Udara TNI AU Raden Sadjad, Ranai, Natuna, Kepulauan Riau, Senin (10/2). [ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat]
Sejumlah Warga Negara Indonesia (WNI) yang dievakuasi dari Wuhan, Hubei, China melakukan senam bersama prajurit TNI pada hari kesembilan di Hanggar Pangkalan Udara TNI AU Raden Sadjad, Ranai, Natuna, Kepulauan Riau, Senin (10/2). [ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat]

Tentunya, pasangan yang sedang dimabuk asmara itu, tidak sepenuhnya bahagia pada akhir masa observasi. Karena, ada yang berasal dari daerah berbeda di Indonesia, hingga harus berpisah.

"Bingung itu," katanya.

Belajar

Sebagai mahasiswa dan pelajar, kehidupan di hanggar tidak melulu bersenang-senang. Mereka tidak melupakan kewajiban utamanya untuk belajar. Apalagi, waktu perkuliahan di China sudah ada yang mulai.

Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto yang bertugas di Natuna menyatakan para mahasiswa itu membuat kelompok-kelompok belajar, sesuai dengan jurusan.

Ada juga mahasiswa yang mengikuti kuliah dalam jaringan atau online. Mereka mengerjakan tugas-tugas kampus bersama-sama.

"Belajar, kuliah, perkuliahan online. Kuliahnya sudah mulai," kata dia.

Umumnya, para mahasiswa tidak ingin studinya terganggu. Apalagi kebanyakan dari mereka adalah pemegang beasiswa, sehingga mereka pun berusaha memenuhi tanggung jawabnya dalam hal menuntut ilmu.

Hal itu diamini oleh Rama, WNI yang ikut diobservasi di Natuna.

"Iya... belajar," kata dia.

Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto yang akrab dipanggil Yuri mengatakan pihaknya tidak membuat jadwal khusus yang ketat kepada WNI dari Wuhan. Mereka dibebaskan mengerjakan aktivitas kesehariannya.

"Mereka sudah dewasa, tidak terlalu harus dibimbing," katanya.

Namun memang, sekali-sekali diadakan permainan, tujuannya untuk mempererat keakraban antarsesama WNI dan juga dengan anggota tim gabungan yang bertugas.

Beberapa kali, tim gabungan menggelar lomba untuk menyemarakkan suasana.

"Lomba, mereka ditantangin, main futsal, 'dance', nyanyi," cerita Yuri.

Kedatangan 62 WNI dari Natuna disambut tangis gembira keluarga di Bandara Juanda, Surabaya, Sabtu (15/2/2020) malam. (Suara.com/Arry Saputra)
Kedatangan 62 WNI dari Natuna disambut tangis gembira keluarga di Bandara Juanda, Surabaya, Sabtu (15/2/2020) malam. (Suara.com/Arry Saputra)

Sebagai penghargaan, tim memberikan hadiah kepada pemenang lomba, seperti kaus loreng TNI.

Di kala senggang, WNI di sana juga bermain kartu sebagai hiburan, lanjut Yuri.

Kuliah daring

Salah satu mahasiswa asal Kabupaten Tabalong, Kalsel, yang studi di Hubei University of Science and Technologi China, bernama Septria Niken Pratiwi setelah masa observasi di Natuna akan melanjutkan perkuliahan secara daring (online).

Gadis yang biasa disapa Niken ini mengambil program studi Clinical Medicine berkeinginan tetap melanjutkan perkuliahan setelah wabah virus Corona melanda China.

"Perkuliahan tetap bisa dilanjutkan walau secara daring dan besok sudah mulai masuk," kata Niken, Ahad.

Niken tercatat sebagai mahasiswa semester 8 bersama lima rekannya yang mengikuti program beasiswa Indonesia Tionghoa Culture Centre (ITCC).

Alumni SMA Negeri 1 Upau ini akan kembali ke China jika situasi di negeri Tirai Bambu sudah bebas dari Covid-19 (Corona Virus Disease 2019) dan kondusif.

Saat ini Niken bersama tiga mahasiswa asal 'Bumi Saraba Kawa' masih dalam perjalanan menuju kota Tanjung.

Diperkirakan Niken baru tiba di rumahnya di Desa Pangelak, Kecamatan Upau, sekitar pukul 22.00 WITA.

Selama menuntut ilmu di Negeri China, Niken mendapat bantuan dana dari Pemerintah Kabupaten Tabalong.

Selain Niken, tiga rekannya Risda Astuti, Felisia Martha dan Diki Purnama Abdi didampingi oleh tim Pemkab Tabalong dan difasilitasi menuju tempat tinggalnya.

Ditawari liburan

 Yusuf Azhar (21), warga Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat mendapatkan tawaran wisata dari Bupati Bogor, Ade Yasin, setelah diobservasi selama 14 hari di Natuna Kepulauan Riau, sepulang dari Kota Wuhan, China.

"Kalau mau liburan, liburan aja dulu. Ke Puncak gitu, refreshing. Siapa tahu butuh refreshing setelah masa karantina. Nanti tinggal hubungi saya," ujar Ade Yasin saat berkunjung ke kediaman Yusuf di Desa Gunungsindur, Kecamatan Gunungsindur, Kabupaten Bogor, Minggu (16/2) petang.

 Yusuf Azhari (21), salah satu WNI yang dipulangkan setelah selama 2 pekan dikarantina di Natuna. (Suara.com/Fakhri).
Yusuf Azhari (21), salah satu WNI yang dipulangkan setelah selama 2 pekan dikarantina di Natuna. (Suara.com/Fakhri).

Politisi partai berlambang kabah itu mengaku senang, warganya yang merupakan mahasiswa jurusan ekonomi di Tranding International Center China Normal Universitas Wuhan itu dinyatakan sehat.

Ade Yasin juga mengimbau kepada masyarakat agar tidak perlu khawatir atas pulangnya 285 warga negara Indonesia (WNI) yang dipulangkan dari China.

"Masyarakat jangan khawatir, tidak ada penyakit yang dibawa oleh Yusuf. Ilmu kesehatan sudah membuktikan bahwa kondisinya sehat walafiat," kata Ade Yasin.

Informasi awal yang ia terima, ada tiga warga Kabupaten Bogor yang menjalani observasi di Natuna Kepulauan Riau, tapi setelah melakukan pengecekan lebih lanjut, rupanya hanya Yusuf yang masih berdomisili di Kabupaten Bogor.

"Kebetulan yang masih menetap di Kabupaten Bogor itu hanya Yusuf. Sisanya ada yang pindah ke Cianjur dan Palembang," beber Ade Yasin.

Sementara itu, Yusuf menghaturkan terima kasih atas kunjungan Bupati ke rumahnya. Putra dari pasangan Cik Nang dan Apriliya itu meminta agar masyarakat tak khawatir atas kepulangan dirinya dan 284 WNI lainnya dari Wuhan.

"Warga tidak perlu khawatir datangnya kami-kami yang dari Wuhan. Saya berharap teman-teman saya juga tidak ada masalah," kata Yusuf.

Mahasiswa jurusan ekonomi di Tranding International Center China Normal Universitas Wuhan itu mengaku siap kembali ke China ketika negeri tirai bambu sudah terbebas dari virus corona.

"Ketika China pulih kembali, saya siap berangkat ke China untuk melanjutkan studi saya," tuturnya.

Yusuf merupakan salah satu WNI yang terisolasi di Wuhan dan akhirnya bisa dibawa pulang ke Indonesia pada 2 Februari 2020 dengan pesawat Boeing dan Hercules, namun harus menjalani karantina terlebih dahulu untuk diobservasi di Natuna selama 14 hari.

Setelah menjalani 14 hari karantina, 285 WNI yang diobservasi di Natuna, akhirnya dipulangkan pada 15 Februari 2020.

Doa ibu

Kedatangan sang putri, Nadia Ramadanissa Saubari di Bandara Internasional Syamsudin Noor Banjarmasin membuat pasangan suami istri H Ahmad Fikri Saubari dan Hj Nur Taibah senang bukan kepalang setelah anaknya kembali dari Tiongkok.

Nur Taibah sebagaimana para orangtua mahasiswa lainnya sangat khawatir ketika sang anak terisolasi akibat penyebaran Covid-19 (Corona Virus Disease 2019).

"Setiap saat saya hanya bisa berdoa untuk keselamatan anak. Alhamdulillah doa dikabulkan Allah SWT dan kini bisa bertemu memeluknya," ucap Nur Taibah.

Dikatakannya, sang putri hanya cemas kehabisan stok makanan karena semua toko tutup dan warga pun dilarang keluar rumah.

"Alhamdulillah mereka di asrama saling bantu. Jadi ada teman yang cukup banyak stok makanannya dibagi-bagi ke mahasiswa lainnya," tutur Nur Taibah menceritakan kisah yang dialami anaknya selama di Cina.

Beruntungnya, kata dia, komunikasi bisa terus dilakukan melalui sambutan handphone. Sehingga dirinya bisa mengetahui kondisi anaknya dari waktu ke waktu.

Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjalani masa observasi selama 14 hari terkait virus corona di Pangkalan Udara TNI AU Raden Sadjad, Natuna, tiba di Bandara Internasional Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu (15/2). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjalani masa observasi selama 14 hari terkait virus corona di Pangkalan Udara TNI AU Raden Sadjad, Natuna, tiba di Bandara Internasional Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu (15/2). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

Begitu juga ketika telah berada Hanggar Lanud Raden Sadjad, Natuna, Kepulauan Riau, menjalani masa observasi selama 14 hari, anaknya selalu memberikan kabar.

"Jadi Nadia pengen cepat-cepat pulang dan syukur Alhamdulillah anak saya sehat. Kami sangat bersyukur," kata wanita yang bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ulin Banjarmasin itu.

Jika dalam kondisi normal, sulung dari tiga bersaudara itu biasanya pulang satu tahun sekali pada pertengahan tahun di bulan Juli.

Sementara Nadia menyampaikan terima kasih kepada pemerintah Indonesia dan juga KBRI Beijing atas kepulangan mereka ke tanah air.

Nadia dan tujuh mahasiswa lainnya asal Kalimantan Selatan tercatat menjadi bagian dari 238 WNI yang menjalani observasi di Natuna selama 14 hari, setelah dijemput dari Cina.

Gadis berhijab itu kuliah di Hubei University of Science and Technology di Kota Xianning Provinsi Hubei Tenggara, Tiongkok. Terletak di selatan Wuhan, lokasi mewabahnya virus corona yang mematikan.

"Jarak dari Kota Wuhan Ibukota Hubei sekitar 60 kilometer. Jadi saat itu kami sangat khawatir dan kondisinya seperti kota mati. Namun syukur Alhamdulillah di asrama mahasiswa tempat saya tinggal tidak ada yang terjangkit Covid-19," kata Nadia mahasiswi semester delapan Program Sarjana Kedokteran Umum di Hubei University of Science and Technology.

Nadia merupakan alumni SMAN 1 Tanjung, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan.

Setelah lulus sekolah pada tahun 2016, dia bersama lima orang lainnya mendapatkan beasiswa dari Pemda setempat untuk studi pendidikan tinggi di Cina.

REKOMENDASI

TERKINI