Namun kabar buruk kembali datang. Dokter mengatakan ibunya, 53 tahun, tidak bisa dirawat di rumah sakit karena mereka tidak memiliki alat tes untuk mengonfirmasi diagnosis.
Peralatan tes hanya tersedia di delapan rumah sakit yang telah ditetapkan pada akhir Januari.
"Dokter dari rumah sakit tersebut mengatakan kepada saya bahwa mereka tidak memiliki hak untuk merawat ibu saya. Ini adalah komisi kesehatan setempat yang mengalokasikan tempat tidur untuk kasus-kasus yang dikonfirmasi," kata perempuan berusia 22 tahun itu.
"Jadi, dokter tidak bisa melakukan tes virus corona untuk memastikan apakah ibu saya terjangkit, dan tidak bisa menyediakan tempat tidur untuknya."
Baca Juga: Temuan Baru, Plasma Darah Bisa Dijadikan Obat Pasien Virus Corona COVID-19!
Da Chun mengatakan ibunya tak harus diisolasi. Dalam grup obrolan yang beranggotakan lebih dari 200 orang di aplikasi WeChat untuk keluarga pasien yang terinfeksi, orang-orang berbagi cerita yang serupa.
Kakak laki-lakinya terpaksa mengantri di rumah sakit untuk memastikan apakah ada tempat tidur yang masih tersedia. Ia pergi ke klinik dengan ibunya supaya bisa langsung disuntik. Namun selama di rumah sakit, mereka melihat banyak pasien meninggal di dalam ruang observasi sebelum menjalani tes ataupun dirawat.
"Mayat-mayat itu dibungkus dan dibawa pergi oleh staf rumah sakit," katanya. "Saya tidak tahu apakah mereka akan dihitung sebagai kematian (disebabkan oleh virus corona baru)."
Kondisi ibunya terus memburuk. Ia mulai batuk darah, dan ada darah di urinnya.
Pada 29 Januari, ibunya akhirnya dirawat di rumah sakit, namun menurutnya tidak mendapat perawatan dan rumah sakit tidak memiliki peralatan memadai di hari-hari awal ibunya dirawat.
Baca Juga: China: Dunia Aman dari Virus Corona karena Pengorbanan Kami
Namun dirinya tidak menyerah dan berharap ibunya akan pulih.