Update: Virus Corona Bunuh 1.380 Orang, Diperkirakan Terus Melonjak

Sabtu, 15 Februari 2020 | 09:13 WIB
Update: Virus Corona Bunuh 1.380 Orang, Diperkirakan Terus Melonjak
Jepang karantina ribuan warga di kapal pesiar terkait pemeriksaan virus corona. (Foto: AFP)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebanyak 1.380 orang tewas karena terinfeksi virus corona. Jumlahnya diperkirakan akan terus melonjak.

Pertambahan korban virus corona sekitar 5.000 kasus. Ini kasus baru yang dilaporkan di China.

Jumlah korban tewas akibat wabah virus corona jenis baru COVID-19 di Provinsi Hubei Cina bertambah sebanyak 116, menjadikan total korban tewas di provinsi itu sampai Jumat (14/2/2020) kemarin.

Komisi tersebut juga melaporkan adanya 4.823 kasus baru di Hubei, yang menjadikan jumlah total infeksi virus corona COVID-19 di provinsi ini mencapai 55.748 kasus dengan lebih dari 80 persen kasus baru terjadi di Wuhan.

Baca Juga: Kesehatan WNI eks Wuhan dari Karantina Corona di Natuna Akan Terus Dipantau

Pejabat China pada hari Jumat (14/02) mengatakan total ada 5.090 kasus baru di seluruh Cina daratan.

Sementara otoritas kesehatan di China juga menyatakan bahwa hingga hari Kamis (13/02) terdapat sedikitnya 6.723 pasien virus COVID-19 yang telah dipulangkan kerena kondisi kesehatan mereka yang telah membaik.

Pada hari Kamis saja, sejumlah 1.081 pasien telah diperbolehkan pulang, demikian menurut Komisi Kesehatan Nasional China dalam laporan hariannya, Jumat (14/02).

Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn mengatakan kepada DW bahwa Uni Eropa telah berhasil mendeteksi dan melakukan pencegahan virus ini di Eropa.

"Sejauh ini hanya wabah epidemi regional di Cina, tetapi kita perlu memastikan bahwa itu tidak menjadi epidemi nyata atau pandemi di seluruh dunia," ujar Spahn.

Baca Juga: Top 5 Olahraga: Pahlawan Bulutangkis RI Wafat, Imbas Virus Corona

Penumpang Diamond Princess diperbolehkan turun

Otoritas Jepang pada hari Jumat (14/02) mulai mengizinkan beberapa penumpang kapal pesiar Diamond Princess untuk turun dari kapal. Para penumpang yang diperbolehkan turun antara lain yaitu yang berusia lanjut dan menunjukkan hasil negatif tes virus corona jenis baru. Namun mereka masih harus menyelesaikan masa karantina di lokasi penginapan yang telah ditentukan pemerintah.

Pemerintah Jepang juga mengizinkan penumpang berusia 80 tahun atau lebih tua yang berada dalam dalam kondisi kesehatan yang buruk, atau penumpang yang menginap di kabin bagian dalam tanpa jendela di kapal pesiar Diamond Princess untuk pindah dari kapal ke akomodasi di darat. Namun mereka yang diperbolehkan turun hanyalah yang menunjukkan hasil tes negatif.

Sejauh ini virus telah menginfeksi lebih dari 200 orang di kapal itu. Kelompok pertama para penumpang yang diperbolehkan turun telah meninggalkan kapal pesiar pada Jumat sore waktu setempat dengan bus yang berjendela gelap. Seorang pejabat pemerintah Jepang mengatakan ada 11 orang telah meninggalkan kapal tersebut, tidak ada rincian lebih lanjut.

Kapal pesiar Westerdam berlabuh di Kamboja

Sementara di Kamboja, ratusan penumpang juga diperbolehkan turun dari kapal pesiar Westerdam, yang telah terkatung di laut karena khawatir para penumpangnya terinfeksi virus.

Kapal yang dioperasikan oleh Holland America Line ini akhirnya memperoleh izin berlabuh di pelabuhan Sihanoukville pada hari Kamis (13/02) setelah sebelumnya ditolak oleh negara seperti Thailand, Jepang, Taiwan, Filipina dan otoritas Hong Kong.

Westerdam membawa 1.455 penumpang dan 802 awak serta memulai pelayaran di Singapura pada Januari 2020.

Kapal pesiar ini ditolak berlabuh setelah sekitar 20 penumpangnya dites penyakit virus COVID-19 karena mereka melaporkan sakit perut. Tes yang dilakukan di Institut Pasteur di Phnom Penh menunjukkan tidak ada yang terinfeksi virus.

"Penyakit sebenarnya adalah rasa takut, bukan virus. Kami ingin menghilangkan rasa takut terhadap penyakit," ujar Perdana Menteri Kamboja Hun Sen mengatakan kepada Fresh News, layanan berita online yang dikenal dekat dengan pemerintahnya. Hun Sen mengatakan dia membiarkan kapal berlabuh karena alasan kemanusiaan. (AFP/AP/Xinhua/dpa/Reuters/DW)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI