Toleransi Muslim dan Keturunan China Dekat Karantina Corona WNI eks Wuhan

Sabtu, 15 Februari 2020 | 06:30 WIB
Toleransi Muslim dan Keturunan China Dekat Karantina Corona WNI eks Wuhan
Kota Tua Penagi. (Antara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Biasanya, warga Tionghoa menyiapkan panggung yang berlokasi di dalam perkampungan pada setiap perayaan Cap Go Meh.

Kota Tua Penagi. (Antara)
Kota Tua Penagi. (Antara)

Kemudian, terdapat berbagai jenis hiburan, seperti organ tunggal dan barongsai, berikut dengan pembagian hadiah kejutan (door price).

"Kita nyanyi-nyanyi, biasalah," kata Lia.

Hal itu dibenarkan oleh Ridawati, penduduk Muslim. Ia mengatakan perayaan Cap Go Meh biasanya diadakan dengan meriah dan selalu dipadati warga, Melayu, Tionghoa dan warga pendatang lainnya.

Baca Juga: Sebut Virus Corona Masuk ke Medan, Pria Ini Sedang Dicari Pihak Rumah Sakit

"Ada banyak hadiah, kami ikut. Enggak apa-apa," kata dia.

Sayangnya, Cap Go Meh tahun ini belum bisa dirayakan meriah.

Cap Go Meh tahun ini yang jatuh pada 8 Februari, tidak bisa dirayakan meriah seperti tahun-tahun sebelumnya.

Warga Penagi kedatangangan tamu jauh, WNI dari berbagai daerah Indonesia baru tiba dari Wuhan, China, untuk mengikuti masa observasi untuk mengantisipasi penularan Covid-19 (Corona Virus Disease 2019).

Sebanyak 238 orang WNI itu diobservasi di Lanud Raden Sadjad yang lokasinya di seberang Kota Tua Penagi. Jaraknya hanya sekitar 2 Km. Awalnya, saat WNI itu baru tiba dai Wuhan, warga setempat sempat ketakutan, khawatir tertular virus yang telah membunuh sekitar 1.000 orang itu di China dan di sejumlah negara lainnya. Apalagi mulai beredar kabar bohong (hoaks) di media massa membuat warga tambah cemas.

Baca Juga: Psikiater Ungkap Alasan Jadi Transgender, Virus Corona Tewaskan 1.491 Orang

Bahkan, sejumlah warga sempat mengungsi ke daerah lain, takut terinfeksi Covid-19.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI