Suara.com - Suasana keberagaman toleransi terasa di Kota Tua Penagi. Letaknya tak jauh dari pusat karantina corona di Natuna.
Azan Ashar mengumandang di pelantar Kota Tua Penagi, sebuah kampung yang berada di seberang Lanud Raden Sadjad, Kota Ranai, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau. Sebuah sepeda motor melaju pelan di depan klenteng merah, lalu parkir di depan surau bercat putih dan hijau. Dua orang pengendara dan orang yang diboncengi langsung bergegas masuk ke dalamnya.
Sementara dari arah berlawanan, seorang kakek mengenakan kopiah berjalan pelan di bawah untaian tali berhiaskan lampion merah, menuju surau, hendak menunaikan kewajibannya sebagai muslim, Shalat Ashar.
Begitulah pemandangan sehari-hari di Penagi, kota yang hanya berpenduduk sekitar 100 kepala keluarga di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau. Hiasan lampion merah perayaan Tahun Baru China menjuntai dari awal gerbang hingga ke ujung pelantar, batas akhir pemukiman.
Baca Juga: Sebut Virus Corona Masuk ke Medan, Pria Ini Sedang Dicari Pihak Rumah Sakit
Surau berdiri tepat di samping klenteng, di tengah kampung. Seperti warganya yang juga hidup berdampingan dengan damai di sana. Menurut Lia, istri Ketua RT, jumlah warga Melayu Muslim dan keturunan Tionghoa di Penagi hampir imbang. Jumlah Melayu Muslim relatif sedikit lebih banyak.
Dulu, dia bercerita, jumlah warga keturunan Tionghoa di sana lebih banyak. Namun, kini, mereka pindah ke Ranai, ibu kota provinsi. Semakin ke sini, warga semakin berbaur. Ada warga Tionghoa yang menikah dengan Melayu, ada juga menikah dengan pendatang dari Jawa dan lainnya. Warga tambah kompak.
Menurut dia, kehidupan di sana harmonis, tidak ada selisih paham yang dapat memicu kericuhan besar. Warga hidup berdampingan dan saling mendukung. Bila ada kegiatan gotong royong, masyarakat saling bahu membahu. Bahkan setiap ada kegiatan keagamaan, mereka saling membantu.
"Ketika umat Muslim merayakan Idul Fitri, kami membantu bersih-bersih. Kalau kami ada acara, mereka juga datang," kata Lia.
Begitu pula dengan perayaan Cap Go Meh, atau hari ke-15 perayaan Tahun Baru Imlek. Tidak hanya warga keturunan Tionghoa yang merayakan, namun umat Muslim juga ikut bersuka cita.
Baca Juga: Psikiater Ungkap Alasan Jadi Transgender, Virus Corona Tewaskan 1.491 Orang
"Semua ikut, kami ada panggung dan hadiah-hadiah," cerita Lia.